Rusia, ARRAHMAHNEWS.COM – Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan bahwa mantan Kanselir Jerman Angela Merkel telah mengkonfirmasi sikap ‘munafik’ pemerintahannya mengenai konflik di Ukraina, dengan menegaskan bahwa perjanjian gencatan senjata 2014 dimaksudkan hanya sebagai taktik untuk memberi Kiev waktu guna mengembangkan kemampuan militernya.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah Zeit yang diterbitkan pada hari Rabu, Merkel mengatakan bahwa protokol Minsk yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis adalah “upaya untuk memberi Ukraina waktu”, agar “menjadi lebih kuat” sebagaimana dibuktikan di medan perang sekarang. Merkel merujuk pada dokumen pertama dari dua dokumen yang dikenal secara kolektif sebagai “perjanjian Minsk” yang dirancang untuk membantu Kiev berdamai dengan pemberontak di timur, yang menolak hasil kudeta bersenjata di ibu kota pada 2014.
BACA JUGA:
- Seorang Pangeran Ditangkap dalam Dugaan Upaya Kudeta Jerman
- Jerman Tangkap 25 Orang terkait Upaya Kudeta
“Berlin dan “sebagai kepanjangan Barat” tidak pernah bermaksud untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk,” ujar Zakharova menyimpulkan pernyataan Merkel. Zakharova menjelaskan hal ini dalam sebuah postingan media sosial pada hari Kamis.
AS dan sekutunya “berpura-pura mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB” yang mendukung peta jalan menuju perdamaian sambil memompa senjata ke Ukraina dan “mengabaikan semua kejahatan yang dilakukan oleh rezim Kiev… demi serangan yang menentukan terhadap Rusia,” diplomat Rusia itu menambahkan.
Dalam wawancara Zeit, Merkel menyatakan Rusia “dapat dengan mudah menyerbu” pasukan Ukraina pada tahun 2015, menambahkan bahwa ia meragukan “negara-negara NATO dapat melakukan sebanyak yang mereka lakukan sekarang”. Bagian kedua dari perjanjian Minsk ditandatangani pada Februari 2015 di tengah kekalahan militer yang diderita pasukan Ukraina, yang berusaha membubarkan milisi Donbass. (ARN)
