Israel, ARRAHMAHNEWS.COM – Ribuan orang Israel turun ke jalan untuk memprotes rencana pemerintahan baru Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Mereka mengatakan rencana itu mengancam demokrasi dan kebebasan.
Para pengunjuk rasa berkumpul di kota Tel Aviv pada hari Sabtu, beberapa hari setelah pemerintah paling sayap kanan dan paling konservatif dalam sejarah 74 tahun pendudukan itu dilantik oleh kekuasaan kehakiman.
BACA JUGA:
- Provokasi Ben-Gvir Sulut Kemarahan, Netanyahu Tunda Kunjungan ke UEA
- Netanyahu Kembali, Raja Yordania Peringatkan Intifada ke-3
Spanduk-spanduk yang dibawa oleh para pengunjuk rasa antara lain bertuliskan, “Perumahan, Mata Pencaharian, Harapan.” Beberapa pengunjuk rasa membawa bendera pelangi. Protes itu dipimpin oleh anggota parlemen Israel sayap kiri dan anggota parlemen Palestina di Knesset.
Mereka mengecam Menteri Kehakiman Yariv Levin, yang pada hari Rabu meluncurkan perombakan sistem peradilan yang bertujuan untuk melemahkan Mahkamah Agung negara itu.
“We came here to protest against the degradation of Israeli democracy.”
Thousands of Israelis are protesting Benjamin Netanyahu’s new government.
The new regime is being dubbed as the most right-wing in Israel’s history. pic.twitter.com/DNGa7p5Okw— In Context (@incontextmedia) January 9, 2023
Kritikus menuduh pemerintah menyatakan perang terhadap sistem hukum, dengan mengatakan rencana itu akan merusak sistem check and balances Israel, dan merusak institusi demokrasinya dengan memberikan kekuasaan absolut kepada koalisi pemerintahan yang baru.
“Kami benar-benar takut negara kami akan kehilangan demokrasi dan kami akan menjadi diktator hanya karena alasan satu orang yang ingin menyingkirkan pengadilan hukumnya,” kata Danny Simon, 77, seorang pengunjuk rasa dari Yavne, selatan Tel Aviv. Dia merujuk pada Netanyahu yang didakwa atas tuduhan korupsi pada tahun 2021.
Netanyahu, 73 tahun, telah menjabat sebagai perdana menteri lebih lama dari siapa pun dalam sejarah Israel, memimpin negara itu dari 1996 hingga 1999 dan dari 2009 hingga 2021.
Pemerintahan baru diantaranya merekrut banyak politisi kontroversial yang sangan anti-Palestina.
Para pengunjuk rasa pada hari Sabtu juga menyerukan perdamaian dan koeksistensi antara orang Yahudi dan warga Palestina. (ARN)
Sumber: Aljazeera
