China, ARRAHMAHNEWS.COM – Komunitas internasional harus mendorong semua upaya untuk mengakhiri konflik Ukraina secara damai. Kementerian Luar Negeri China menekankan hal ini dalam 12 poin peta jalan politik yang diterbitkan pada hari Jumat.
Dalam sebuah pernyataan di situs webnya, kementerian mendesak masing-masing pihak untuk “tetap rasional dan menahan diri.”
BACA JUGA:
“Semua pihak harus mendukung Rusia dan Ukraina dalam bekerja ke arah yang sama dan melanjutkan dialog langsung secepat mungkin, sehingga secara bertahap mengurangi situasi dan akhirnya mencapai gencatan senjata yang komprehensif,” bunyi dokumen itu.
“Semua upaya yang kondusif untuk penyelesaian krisis secara damai harus didorong dan didukung,” rencana tersebut menekankan, menambahkan bahwa Beijing akan “terus memainkan peran konstruktif” dalam masalah ini.
China menyerukan untuk meninggalkan “mentalitas Perang Dingin”, dengan alasan bahwa “keamanan suatu kawasan tidak boleh dicapai dengan memperkuat atau memperluas blok militer.”
“Tidak ada solusi sederhana untuk masalah yang kompleks,” bunyi proposal itu, dan negara-negara harus mencegah konfrontasi blok serta bekerja untuk membangun arsitektur keamanan Eropa yang seimbang, efektif dan berkelanjutan.
Beijing memperingatkan terhadap “serangan bersenjata” pada pembangkit listrik tenaga nuklir dan meminta para pihak untuk “dengan tegas menghindari kecelakaan nuklir buatan manusia.” China juga menyatakan menentang sanksi yang tidak disetujui Dewan Keamanan PBB.
Sanksi sepihak dan tekanan maksimum tidak dapat menyelesaikan masalah; mereka hanya menciptakan masalah baru.
BACA JUGA:
- Konyol! NATO Samakan Perang Ukraina dengan Star Wars dan Harry Potter
- Zakharova: Biden Takkan Berani Kunjungi Kiev Tanpa Jaminan Keamanan Rusia
Tidak seperti banyak negara Barat, China menolak mengutuk operasi militer Rusia di Ukraina dan tidak memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Moskow. Pejabat China telah menekankan bahwa Beijing ingin menemukan solusi damai daripada memicu konflik dengan mengirim senjata ke Kiev.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina tepat setahun lalu, dengan alasan perlunya melindungi rakyat Donbass, karena kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian damai Minsk 2014-2015. Ukraina, sementara itu, menuduh Moskow melakukan agresi yang tidak beralasan. Negosiasi gencatan senjata secara efektif gagal pada April 2022.
Anggota Dewan Negara China Wang Yi melakukan perjalanan ke Moskow minggu ini, di mana ia bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Putin kemudian mengatakan bahwa ia mengharapkan Presiden China Xi Jinping untuk mengunjungi Rusia suatu saat nanti. (ARN)
Sumber: RT
BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLENEWS
