Sudan, ARRAHMAHNEWS.COM – Mantan perdana menteri Sudan memperingatkan bahwa konflik yang sedang berlangsung di negara itu dapat berubah menjadi salah satu perang saudara terburuk di dunia jika tidak dikendalikan.
“Semoga Tuhan Melindungi, jika sampai Sudan mencapai titik perang saudara yang tepat … Suriah, Yaman, Libya akan menjadi permainan kecil,” kata Abdalla Hamdok di ibukota Kenya Nairobi pada hari Sabtu, menambahkan, “Saya pikir itu akan menjadi mimpi buruk bagi dunia.”
BACA JUGA:
- Rusia Serukan Konsensus Nasional di Sudan
- Panglima Militer Sudan Bersedia Negoisasi dengan Pimpinan RSF
Pertempuran meletus antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter pada 15 April dan sejauh ini telah menewaskan lebih dari 500 orang, merobohkan rumah sakit dan layanan lainnya, dan mengubah daerah pemukiman menjadi zona perang.
Ribuan orang juga terluka dalam pertempuran yang menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi, termasuk warga Sudan dan warga negara tetangga, yang mengungsi, termasuk ke Mesir, Chad, dan Sudan Selatan.
Organisasi internasional, bagaimanapun, telah memperingatkan bahwa jutaan orang Sudan tidak dapat melarikan diri dan berusaha untuk bertahan hidup dari kekurangan akut akan air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, serta pemadaman listrik dan internet.
Konflik saat ini adalah “perang yang tidak masuk akal” antara dua tentara, kata mantan perdana menteri itu, menambahkan, “Tidak ada seorang pun yang akan keluar dari kemenangan ini. Itulah mengapa ini harus dihentikan.”
Hamdok adalah perdana menteri transisi rapuh Sudan ke pemerintahan sipil sebelum digulingkan dan ditahan dalam kudeta pada tahun 2021. Meskipun dia kemudian dipekerjakan kembali, dia mengundurkan diri pada Januari 2022.
BACA JUGA:
- Omar Al-Bashir Dilarikan ke RS Sebelum Konflik Pecah di Sudan
- Lagi, Pihak Bertikai Sudan Umumkan Gencatan Senjata
Kepala Angkatan Darat, Abdel Fattah al-Burhan, dan orang nomor dua, Mohamed Hamdan Dagalo, yang memimpin RSF, merebut kekuasaan dalam kudeta yang menggagalkan transisi Sudan menuju demokrasi.
Tetapi kedua jenderal itu berselisih baru-baru ini karena rencana integrasi RSF ke dalam tentara reguler.
Awal bulan ini, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres memperingatkan bahwa kekerasan di Sudan “berisiko menjadi bencana besar … yang dapat melanda seluruh wilayah dan sekitarnya.”
Menekankan bahwa ia telah meminta pihak-pihak yang berkonflik untuk mengurangi ketegangan dan kembali ke meja perundingan, Guterres menambahkan, “Kita semua harus melakukan segala daya kita untuk menarik Sudan kembali dari tepi jurang.” (ARN)
Sumber: Press TV
BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLENEWS
