Amerika, ARRAHMAHNEWS.COM – Dua pakar PBB telah menyerukan agar entitas Israel dimintai pertanggungjawaban atas pembunuhan seorang pemimpin senior gerakan Jihad Islam, Khader Adnan, yang mati syahid di penjara Israel setelah mogok makan selama 87 hari.
Francesca Albanese, pelapor khusus PBB untuk wilayah Palestina yang diduduki, dan Tlaleng Mofokeng, pelapor khusus PBB untuk hak atas kesehatan, membuat seruan ini pada hari Rabu (03/05). Mereka mencela penahanan sewenang-wenang massal yang kejam dan tidak manusiawi oleh Israel terhadap warga Palestina.
BACA JUGA:
- Hamas: Pembunuhan Adnan Eksekusi Terencana Israel
- 87 Hari Mogok Makan, Tahanan Khader Adnan Meninggal Dunia di Penjara Israel
“Harus ada pertanggungjawaban atas pembunuhan pelaku aksi mogok makan Palestina berusia 45 tahun Khader Adnan,” kata para ahli tersebut.
“Kematian Khader Adnan adalah bukti tragis atas kebijakan dan praktik penahanan Israel yang kejam dan tidak manusiawi, serta kegagalan masyarakat internasional untuk meminta pertanggungjawaban Israel dalam menghadapi ilegalitas yang dilakukan terhadap narapidana Palestina,” tambah mereka.
Para ahli itu lebih lanjut mencatat bahwa mereka tidak dapat memisahkan kebijakan penjara entitas Israel dari sifat kolonial pendudukannya, yang dimaksudkan untuk mengontrol dan menaklukkan semua orang Palestina di wilayah yang ingin dikontrol oleh Israel.”
“Praktek sistematis ‘penahanan administratif’ sama saja dengan kejahatan perang yang dengan sengaja merampas hak orang-orang yang dilindungi atas pengadilan yang adil dan teratur,” kata mereka.
Para ahli tersebut lebih lanjut menekankan bahwa lebih mendesak dari sebelumnya bagi masyarakat internasional untuk meminta pertanggungjawaban entitas Israel atas tindakan ilegalnya di wilayah pendudukan dan menghentikan normalisasi kejahatan perang, yang telah menjadi kenyataan sehari-hari dalam kehidupan warga Palestina.
BACA JUGA:
- Roket Perlawanan Palestina Hujani Israel Pasca Kematian Adnan
- Jenderal Qa’ani: Israel Tak Pernah Dipermalukan Seperti Ini
Adnan ditahan pada 5 Februari dan langsung melakukan mogok makan sebagai protes terhadap penahanan ilegalnya.
Ia menderita gangguan kesehatan yang parah akibat aksi protes itu, termasuk sering muntah darah, kelemahan parah, sering kehilangan kesadaran, kesulitan berbicara, bergerak, tidur dan konsentrasi, dan sakit parah di sekujur tubuhnya.
Adnan telah ditangkap belasan kali oleh Pasukan Pendudukan Israel [IOF] karena aktivitas politik dan anti-pendudukannya selama dua dekade terakhir. Ia menghabiskan total delapan tahun di balik jeruji besi.
Kelompok perlawanan Palestina dan pihak berwenang berduka atas pembunuhan Adnan, menganggap rezim pendudukan Tel Aviv bertanggung jawab penuh atas kejahatan tersebut. (ARN)
Sumber: Al-Ahednews
BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLENEWS
