Sudan, ARRAHMAHNEWS.COM – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengakui kegagalan untuk mencegah bentrokan di Sudan, dimana pertempuran antara para jenderal yang bersaing telah merusak upaya untuk memperkuat gencatan senjata.
“PBB dikejutkan” oleh konflik tersebut, karena badan dunia ini dan lainnya berharap negosiasi untuk menyelesaikan krisis politik di sana akan berhasil,” kata Antonio Guterres kepada wartawan di Nairobi.
BACA JUGA:
- Panglima TNI: Jangan Sampai Konflik Militer di Sudan Terjadi di Indonesia
- Konflik Sudan Bisa Meledak jadi Perang Saudara Terburuk di Dunia
“Mengingat bagaimana kita dan banyak orang lain tidak mengharapkan ini terjadi, kita dapat mengatakan kita telah gagal menghindarinya terjadi,” kata sekretaris jenderal yang berada di Kenya untuk membahas konflik Sudan itu.
“Sebuah negara seperti Sudan, yang telah sangat menderita…tidak mampu menanggung perebutan kekuasaan antara dua orang.”
Guterres mengatakan bahwa kedua jenderal harus menghadapi tekanan untuk menyepakati gencatan senjata, serta membangun dialog politik dan transisi ke pemerintahan sipil.
Kekerasan mematikan pecah pada 15 April antara pemimpin de facto Sudan Abdel Fattah al-Burhan, yang memimpin tentara reguler, dan wakilnya yang menjadi saingannya Mohamed Hamdan Daglo, yang mengepalai paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
Sedikitnya 550 orang tewas dan lebih dari 4.900 orang terluka, menurut angka kementerian kesehatan terbaru.
Pernyataan Guterres disampaikan ketika pejabat tinggi kemanusiaan PBB Martin Griffiths tiba di kota Port Sudan di Laut Merah dalam misi mendesak untuk mencari cara guna memberikan bantuan kepada jutaan orang Sudan yang tidak dapat melarikan diri. Griffiths menyerukan jaminan keamanan “pada tingkat tertinggi” untuk memastikan pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan ke bagian-bagian negara yang dilanda perang. (ARN)
Sumber: Press TV
BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLENEWS
