Ukraina, ARRAHMAHNEWS.COM – Presiden Ukraina Vladimir Zelensky dalam wawancara kepada Wall Street Journal (WSJ) yang diterbitkan pada hari Sabtu, mengatakan bahwa negaranya siap meluncurkan Operasi Serangan Balasan yang selama ini mereka gembar-gemborkan namun terus tertunda. Ia tidak mengungkapkan tanggal pastinya, tetapi mengatakan Kiev tidak bisa lagi “menunggu berbulan-bulan.”
“Operasi tersebut kemungkinan akan menimbulkan kerugian besar pada pasukan Ukraina, dan mungkin tidak berjalan sesuai rencana,” ungkap Zelensky mengakui, menambahkan bahwa superioritas udara Rusia pasti berarti pasukan Kiev akan terkena tembakan musuh.
“Saya tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan,” kata Zelensky, mengomentari jangka waktu potensial operasi tersebut. Ia menambahkan bahwa “itu bisa berjalan dengan berbagai cara, sangat berbeda.”
Presiden mengakui bahwa perlengkapan militer dan senjata yang dipasok ke Ukraina oleh para pendukung Baratnya masih belum cukup. “Kami ingin memiliki hal-hal tertentu, tetapi kami tidak bisa menunggu berbulan-bulan,” katanya.
Zelensky juga menyoroti perlunya pertahanan udara yang lebih kuat, dan mengklaim bahwa sistem Patriot buatan AS adalah satu-satunya di dunia yang mampu melawan jenis rudal Rusia tertentu.
BACA JUGA:
- FT: Zelensky Ancam Boikot KTT NATO jika Tak Diterima jadi Anggota
- Sekelompok Negara Eropa Diam-diam Minta Zelensky Akhiri Konflik Ukraina
Ia mengklaim Ukraina akan membutuhkan sebanyak 50 baterai Patriot untuk memastikan pertahanan udara yang memadai. Kurangnya perlindungan semacam itu berarti “sejumlah besar tentara akan mati,” selama serangan (Rusia), tambahnya.
Pada bulan Mei, Kiev mengklaim bahwa pasukannya berhasil mencegat rudal hipersonik Kinzhal Rusia menggunakan sistem pertahanan udara Patriot. Moskow membantah klaim tersebut, dan mengatakan bahwa Ukraina secara rutin melebih-lebihkan efektivitas pertahanan udaranya.
Ukraina telah lama mendiskusikan serangan balasan terhadap Rusia untuk merebut kembali wilayah yang dianggap Kiev sebagai miliknya. Namun mereka telah menunda operasi beberapa kali, dengan alasan kekurangan amunisi, senjata, dan bahkan kondisi cuaca buruk. Pada pertengahan Mei lalu, Zelensky mengklaim Kiev siap untuk melancarkan serangan, sambil tetap mempertahankan klaim mereka membutuhkan lebih banyak senjata Barat.
Menurut berbagai perkiraan, Pasukan Ukraina menderita banyak korban sejak awal konflik. Sebuah bocoran dokumen Pentagon awal tahun ini yang dikutip oleh The Washington Post mengatakan bahwa antara 124.000 dan 131.000 tentara Ukraina telah tewas atau terluka sejak dimulainya perang.
BACA JUGA:
- Kremlin Diserang, Ex Presiden Rusia Desak Zelensky “Disingkirkan”
- Militer Rusia Tewaskan 600 Prajurit Ukraina dalam Serangan Balasan
Menteri Pertahanan Ukraina Aleksey Reznikov menolak penilaian ini, dengan mengatakan jumlah pasukannya yang tewas dalam konflik lebih sedikit daripada korban tewas akibat gempa bumi yang melanda Türki dan Suriah pada Februari. Gabungan perkiraan kematian di kedua negara berjumlah lebih dari 55.000. Reznikov kemudian meminta maaf atas perbandingan tersebut, dianggap tidak peka oleh beberapa orang di daerah yang terkena dampak.
Pada bulan Mei, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengatakan angkatan bersenjata Ukraina telah menderita lebih dari 15.000 korban tewas di medan perang pada bulan April saja. Brigadir Jenderal Ukraina Sergey Melnik, wakil komandan kelompok pasukan Ukraina yang ditempatkan di Wilayah Kharkov timur laut, mengakui kepada surat kabar Spanyol El Pais pada bulan April bahwa Ukraina telah kehilangan sebagian besar pasukan berpengalamannya karena tewas dan cedera. “Masalahnya adalah kami kekurangan orang dan peralatan,” katanya saat itu, seraya menambahkan bahwa Kiev harus bergantung pada “orang-orang tanpa pengalaman militer.” (ARN)
Sumber: RT
BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLENEWS
