Amerika Serikat, ARRAHMAHNEWS.COM – Kunjungan wakil Menteri luar negeri Amerika Serikat, Victoria Nuland, ke Niger, dimaksudkan untuk mengintimidasi para pemimpin kudeta militer. Seorang pensiunan perwira inteijen CIA mengatakan hal ini pada Sputnik.
Nuland memegang posisi nomor dua di Departemen Luar Negeri AS, yang berarti Washington “menangani situasi ini dengan sangat serius,” ujar pensiunan perwira intelijen CIA, pejabat Departemen Luar Negeri dan pakar Afrika Larry Johnson.
“Mengirimnya pada kunjungan semacam itu dirancang untuk mengirim pesan bahwa ini adalah prioritas tinggi bagi Amerika Serikat. Dan saya pikir dia (Nuland) pada dasarnya berharap untuk mengintimidasi para pemimpin kudeta dan mengancam mereka, memberi tahu mereka bahwa Amerika Serikat tidak akan membiarkan ini berlalu begitu saja, dan menunjukkan kepada mereka ancaman invasi atau aksi militer, ” kata Johnson.
“Fakta bahwa dia kemudian keluar dan mengatakan itu adalah pertemuan yang sulit, pertemuan yang susah, berarti, saya pikir para pemimpin kudeta Nigeria, pemerintah saat ini, menolak untuk menyetujui tuntutannya,” tambah pengamat itu.
Penjabat wakil menteri luar negeri Amerika Serikat Victoria Nuland melakukan perjalanan ke Niamey, Niger, dan bertemu dengan penjabat Kepala Pertahanan Niger Moussa Salaou Barmou serta wakilnya pada hari Senin untuk apa yang kemudian ia gambarkan sebagai pembicaraan yang “sangat terus terang dan sekaligus cukup sulit”.
BACA JUGA;
- Prancis Ditendang dari Satu Lagi Negara Afrika, Para Senator Salahkan Macron
- 2 Negara Afrika dalam Persiapan Invasi Niger
Kunjungan tersebut, dilakukan satu hari setelah tenggat waktu yang ditetapkan oleh Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) kepada otoritas baru Niger untuk menyerahkan kembali kekuasaan kepada Presiden Mohamed Bazoum atau menghadapi intervensi militer.
“Saya berharap mereka akan tetap membuka pintu untuk diplomasi. Kami membuat proposal itu,” kata Nuland kepada media setelah pembicaraan. “Gagasan mereka tidak sesuai dengan konstitusi. Dan itu akan sulit dalam hubungan kami jika itu jalan yang mereka ambil, tetapi kami memberi mereka sejumlah opsi untuk terus berbicara dan kami berharap mereka menerima kami,” tambahnya, merujuk tuntutan ECOWAS, serta Prancis, AS, dan Uni Eropa bahwa pemerintah militer harus menyerahkan kembali kekuasaan kepada presiden. (ARN)
Sumber: Sputniknews
