Afrika

Niger, Kembalinya Tren Kudeta di Negara-negara Afrika

Niger, ARRAHMAHNEWS.COM – Kudeta Niger berkontribusi pada kembalinya tren yang mengkhawatirkan yaitu peningkatan pengambilalihan militer di seluruh Afrika. Merubah situasi setelah periode yang relatif stabil dari sejak awal tahun 2000-an.

Kudeta ini, yang dilancarkan oleh pengawal presiden, sejalan dengan pola ketidakstabilan politik yang disaksikan di seluruh benua itu,” tulis surat kabar Gulf News UEA.

Kudeta, yang ketujuh dalam serangkaian pengambilalihan oleh militer di Afrika Barat dan Tengah dalam tiga tahun terakhir, telah mengangkat jaringan masalah yang saling berhubungan yang jauh melampaui perbatasan Niger, menimbulkan tantangan di bidang geopolitik, ekonomi, dan keamanan, dan berpotensi mendestabilisasi wilayah Sahel yang rapuh.

Kepentingan strategis Niger menambah lapisan kompleksitas situasi. Sebagai rumah bagi cadangan uranium yang substansial, negara ini memainkan peran penting dalam lanskap energi global, memasok 15% kebutuhan uranium Prancis dan menyumbang 20% cadangan UE.

BACA JUGA:

Semua ini adalah bukti institusi yang lemah, kurangnya ‘check and balances’, dan mekanisme yang tidak memadai untuk transisi kekuasaan secara damai yang terus menjangkiti banyak negara Afrika.

Terlepas dari kekayaan sumber dayanya, Niger bergulat dengan perjuangan ekonomi, yang secara konsisten diklasifikasikan sebagai salah satu negara miskin dengan hutang terbanyak di dunia.

Kerentanannya, diperburuk oleh fakta bahwa 70% energi yang dikonsumsinya berasal dari Nigeria. Pengamat setuju bahwa alasan utama kudeta adalah “keluhan atas pemerintahan dan tanggapan pemerintah terhadap ancaman keamanan yang ditimbulkan oleh kelompok ekstremis.”

BACA JUGA:

Pada akhir Juli, sekelompok perwira militer dari Pengawal Presiden Niger memberontak dan mengumumkan pencopotan Presiden Mohamed Bazoum. Dewan Nasional Perlindungan Tanah Air, yang dipimpin oleh Komandan Garda Abdurahman Tchiani, dibentuk untuk mengatur negara. Bazoum tetap dalam tahanan di kediamannya tetapi telah berkomunikasi melalui telepon dengan para pemimpin dan perwakilan negara lain.

Para pemimpin kelompok regional Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS), yang didalamnya termasuk Niger, menuntut pemberontak membebaskan Bazoum paling lambat 7 Agustus, mengancam, antara lain, untuk menggunakan kekerasan.

Namun, negara tetangga Mali dan Burkina Faso mengatakan mereka akan melihat tindakan seperti itu sebagai serangan terhadap diri mereka sendiri. Karena ultimatum ECOWAS tidak terpenuhi, para pemimpin negara akan berkumpul kembali untuk pertemuan puncak pada 10 Agustus. Organisasi tersebut bermaksud untuk meningkatkan tekanan sanksi terhadap Niger dan mengatakan solusi diplomatik lebih disukai. (ARN)

Sumber: TASS

GoogleNews

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: