Lebanon, ARRAHMAHNEWS.COM – Pemimpin Hizbullah dalam pidatonya pada Senin malam (28/08) membahas situasi terkini di negara tetangga Suriah, dan mengatakan bahwa apa yang terjadi di Suriah telah direncanakan oleh Amerika Serikat, yang juga telah meminta bantuan dari sejumlah negara di kawasan.
“Sejak hari pertama, komandan perang yang sedang berlangsung di Suriah adalah Amerika Serikat dan duta besar AS telah mengakui hal ini,” katanya.
Nasrallah melanjutkan dengan menekankan bahwa elemen bersenjata Takfiri, yang berperang melawan pemerintah Suriah, hanyalah alat di tangan Amerika Serikat.
“Daesh hanyalah alasan bagi pasukan AS untuk kembali ke Irak dan mereka juga menggunakannya sebagai alasan untuk memasuki Suriah dan menduduki bagian negara yang terletak di sebelah timur [Sungai] Eufrat,” kata pemimpin Hizbullah tersebut.
BACA JUGA:
- Nasrallah: Setiap Upaya Pembunuhan oleh Israel akan Ditanggapi dengan Keras
- Sabbagh: Barat Masih Sesatkan Opini Publik, Ingkari Keterlibatan dalam Krisis Suriah
Mengacu pada sanksi brutal Washington terhadap Damaskus, Nasrallah mengatakan sanksi anti-Suriah dan apa yang disebut Caesar Act diberlakukan setelah Amerika memahami bahwa opsi militer telah gagal dan posisi pemerintah Suriah membaik.
Dia mencatat bahwa Amerika Serikat saat ini menduduki wilayah Suriah yang kaya akan minyak di sebelah timur Sungai Eufrat, dan terus menjarah minyak negara tersebut.
Menekankan bahwa Suriah dan sekutunya dapat dengan mudah membebaskan wilayah timur Efrat, pemimpin Hizbullah tersebut mengatakan, “Jika Amerika ingin berperang, kami akan menyambut baik [keputusan] tersebut dan ini akan menjadi perang nyata yang akan mengubah semua keadaan.” (ARN)
Sumber: Press TV
