Niger, ARRAHMAHNEWS.COM – Mali, Burkina Faso, dan Niger menandatangani perjanjian pertahanan trilateral yang mengikat ketiga negara Sahel itu untuk saling membantu jika terjadi serangan militer terhadap salah satu negara tersebut.
Perjanjian yang dikenal sebagai Piagam Liptako-Gourma itu ditandatangani oleh para pemimpin militer ketiga negara bagian tersebut pada hari Sabtu, dan menurut pemimpin junta Mali, Assimi Goita, perjanjian tersebut membentuk Aliansi Negara-negara Sahel (AES).
“Saya hari ini telah menandatangani piagam Liptako-Gourma dengan kepala negara Burkina Faso dan Niger yang membentuk Aliansi Negara-negara Sahel, dengan tujuan membangun kerangka pertahanan kolektif dan bantuan timbal balik,” kata Goita di platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal dengan Twitter.
“Aliansi ini akan menjadi kombinasi upaya militer dan ekonomi antara ketiga negara,” kata Menteri Pertahanan Mali Abdoulaye Diop kepada wartawan.
“Setiap serangan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah dari satu atau lebih pihak yang terikat kontrak akan dianggap sebagai agresi terhadap pihak lain dan akan menimbulkan kewajiban bantuan…termasuk penggunaan kekuatan bersenjata untuk memulihkan dan menjamin keamanan,” bunyi perjanjian.
Ketiga bekas jajahan Prancis tersebut telah dijalankan oleh junta sejak tahun 2020 dan perjanjian tersebut terjadi di tengah meningkatnya sentimen anti-Prancis di ketiga negara tersebut.
BACA JUGA:
- Macron: Prancis Siap Dukung Intervensi Militer ECOWAS ke Niger
- Bela Niger, 2 Negara Tetangga Peringatkan Asing Tak Campur Tangan
Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS), blok regional utama di Afrika Barat, mengancam akan melakukan intervensi militer di Niger untuk menggulingkan pemerintahan militer negara tersebut, yang berkuasa setelah kudeta pada bulan Juli.
Mali dan Burkina Faso mengatakan bahwa mereka menganggap setiap serangan terhadap Niger sebagai “deklarasi perang” terhadap mereka juga.
Pertarungan anti-teror
Pakta hari Sabtu ini juga mengikat para penandatangan untuk mengumpulkan sumber daya mereka bersama-sama untuk memerangi terorisme di ketiga negara tersebut.
Mali mulai mengalami kemunculan terorisme Takfiri pada tahun 2012, yang menyebar ke Niger dan Burkina Faso tiga tahun kemudian.
“Prioritas kami adalah perang melawan terorisme di ketiga negara,” kata menteri pertahanan Mali.
Mali juga menyaksikan kembalinya permusuhan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata yang didominasi Tuareg selama seminggu terakhir, yang mengancam perjanjian perdamaian tahun 2015. (ARN)
Sumber: Press TV
