Amerika

Ekonomi AS Capai Rekor Terendah Baru, Utang Lampaui 33 triliun Dolar

Amerika Serikat, ARRAHMAHNEWS.COM – Untuk pertama kalinya dalam sejarah, pada hari Senin, utang nasional bruto Amerika Serikat melampaui angka 33 triliun dolar. Ini merupakan indikator jelas dari situasi keuangan negara yang sedang goyah.

Tiga bulan yang lalu, Amerika Serikat mencapai rekor utang tertinggi sebelumnya sebesar 32 triliun dolar. Hal ini terjadi tidak lama setelah Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang untuk mengurangi plafon utang Washington yang sebelumnya ditetapkan sebesar 31,4 triliun dolar, sehingga mencegah potensi gagal bayar utang Amerika yang berpotensi menimbulkan bencana besar.

Washington saat ini menghadapi kebuntuan keuangan serupa, karena anggaran belanja pemerintah akan berakhir pada akhir September di tengah bentrokan bipartisan mengenai belanja federal.

Mengomentari masalah tersebut, Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, mengatakan bahwa Presiden Joe Biden memperhatikan masalah ini melalui serangkaian usulan tindakan yang bertujuan untuk menyeimbangkan pengeluaran dan meningkatkan arus kas ke dalam perekonomian.

BACA JUGA:

“Tentu saja pengurangan defisit yang lebih besar mungkin terjadi,” kata Yellen kepada media Amerika. “Presiden telah mengusulkan serangkaian langkah yang akan mengurangi defisit kita seiring berjalannya waktu sambil berinvestasi dalam perekonomian dan ini adalah sesuatu yang perlu kita lakukan di masa depan.”

“Kita harus memastikan bahwa defisit tetap terkendali,” tambahnya. “Statistik atau metrik yang paling sering saya lihat untuk menilai fiskal, arah fiskal kita adalah net interest sebagai bagian dari PDB [produk domestik bruto]. Bahkan dengan kenaikan suku bunga yang telah kita lihat, angka tersebut masih berada pada tingkat yang sangat wajar yaitu sekitar 1%, namun kita harus berhati-hati dalam mengambil langkah ke depan untuk memastikan kita tetap berada pada jalur yang berkelanjutan.”

Namun, pernyataan Menkeu AS ini tidak mendapat persetujuan di antara para ahli, yang berargumentasi bahwa kondisi perekonomian diperkirakan akan menimbulkan dampak buruk bersifat jangka panjang, dan tidak ada tanda-tanda akan mereda karena inflasi dan suku bunga Federal Reserve terus meningkat. (ARN)

GoogleNews

Sumber: Al-Mayadeen

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: