Sudan, ARRAHMAHNEWS.COM – Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan bahwa lebih dari 1.200 anak di bawah usia lima tahun meninggal di kamp pengungsi di Sudan yang dilanda perang, antara pertengahan Mei dan September, sebagai akibat dari dugaan kombinasi wabah campak dan malnutrisi parah yang mematikan.
“Kematian tersebut terjadi di negara bagian Nil Putih, Sudan,” kata Badan Pengungsi PBB (UNHCR) dan WHO dalam pernyataan bersama pada hari Selasa, menegaskan kembali keprihatinan mereka tentang “memburuknya” situasi kesehatan di negara Afrika tersebut sebagai akibat dari pertempuran antara kelompok tentara yang bersaing sejak April.
“Lebih dari 3.100 kasus dugaan campak dan gizi buruk, serta lebih dari 500 kasus dugaan kolera, telah dilaporkan di wilayah lain di negara tersebut,” menurut tim UNHCR.
“Fasilitas kesehatan kewalahan karena kekurangan staf, obat-obatan yang bisa menyelamatkan nyawa, dan peralatan penting,” kata organisasi tersebut, seraya menambahkan bahwa serangan berulang kali terhadap rumah sakit dan tim medis telah memperburuk tantangan pemberian layanan, memperburuk wabah penyakit dan kematian.
BACA JUGA:
- UNHCR: Ada Lebih dari 1,8 Juta Pengungsi Sudan di Akhir Tahun 2023
- Sekitar 500 Anak Sudan Meninggal sejak Pecah Konflik
“…puluhan anak meninggal setiap hari akibat dari konflik yang menghancurkan ini dan kurangnya perhatian global. Kita bisa mencegah lebih banyak kematian, tapi kita memerlukan dana untuk meresponsnya, akses terhadap mereka yang membutuhkan, dan yang terpenting, mengakhiri pertempuran,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa petugas kesehatan setempat, dengan bantuan dari WHO dan mitranya, melakukan segala upaya dalam “kondisi yang sangat sulit” untuk mencegah lebih banyak kematian dan peningkatan wabah.
“Mereka sangat membutuhkan dukungan komunitas internasional untuk mencegah kematian lebih lanjut dan penyebaran wabah. Kami menyerukan kepada para donor untuk bermurah hati dan kepada pihak-pihak yang bertikai untuk melindungi petugas kesehatan dan akses terhadap kesehatan bagi semua yang membutuhkannya,” desak Tedros.
Konflik yang meletus antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) pada tanggal 15 April telah menewaskan lebih dari 7.000 orang, menurut Proyek Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata. (ARN)
Sumber: RT
