Yaman, ARRAHMAHNEWS.COM – Semua isu muncul untuk didiskusikan dalam putaran terakhir perundingan antara gerakan perlawanan Ansarullah Yaman dan Arab Saudi, namun fokusnya adalah pada isu-isu kemanusiaan.
Hamid Rezq, jurnalis senior dan analis jaringan media Almasirah Yaman, dalam sebuah wawancara dengan situs Press TV, menguraikan berbagai dimensi negosiasi perdamaian dan kemungkinan gencatan senjata antara kedua belah pihak.
Gerakan perlawanan Ansarullah dan otoritas pemerintah Saudi mengadakan perundingan selama lima hari yang dimediasi Oman di ibu kota kerajaan, Riyadh, baru-baru ini.
Gerakan perlawanan menyatakan optimismenya untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lama di negaranya serta untuk menghilangkan hambatan dan komplikasi yang ada terkait masalah kemanusiaan.
BACA JUGA:
- Houthi: Bangsa Yaman Takkan Pernah Menyerah
- Peringati Revolusi, Yaman Gelar Parade Militer Besar-besaran
Menurut Mahdi al-Mashat, ketua dewan, delegasi Yaman akan mengunjungi Riyadh lagi untuk “menyelesaikan” konsultasi dengan pihak Saudi.
Menanggapi apakah akan ada kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai gencatan senjata kali ini, berakhirnya blokade ekonomi dan pembayaran gaji kepada karyawan, semua masalah ini dibahas dalam pembicaraan yang baru-baru ini diadakan di Riyadh.
“Namun fokusnya adalah pada isu-isu kemanusiaan, blokade (ekonomi), dan ekspor minyak dan gas untuk menyediakan sumber daya keuangan yang diperlukan guna membayar pegawai pemerintah di semua provinsi,” katanya.
Dia mengatakan bahwa kesepakatan telah dicapai terkait rancangan kesepakatan yang diumumkan ketua tim perunding Yaman setelah meninggalkan Riyadh.
BACA JUGA;
- Putaran Akhir Pembicaraan Damai Saudi-Yaman di Riyadh
- Apresiasi Perundingan Damai, Yaman Minta Saudi Tak Sekedar Janji
Rancangan tersebut, kata Rezq, akan diberikan kepada para pemimpin di Yaman dan jika mereka menyetujuinya, langkah-langkah operasional dapat dimulai terkait gaji karyawan, peningkatan penerbangan dari bandara Sana’a dan penghapusan pembatasan yang tersisa di pelabuhan Hodeidah, serta juga mengenai masalah tahanan.
“Sepertinya masalah ini memerlukan negosiasi lebih lanjut dengan pihak Saudi, yang waktunya belum ditentukan. Selain itu, kami tidak yakin apakah Arab Saudi cukup serius untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan sebagai awal dari solusi akhir,” ujarnya dalam perbincangan dengan situs Press TV.
Arab Saudi dan sekutunya, termasuk Uni Emirat Arab, melancarkan perang dahsyat di Yaman pada Maret 2015 untuk mengembalikan pemerintahan sekutu Riyadh di negara Arab tersebut.
Mantan presiden pemerintah Yaman, Abd Rabbuh Mansur Hadi, mengundurkan diri dari kursi kepresidenan pada akhir tahun 2014 dan melarikan diri ke Riyadh di tengah konflik politik dengan gerakan Ansarullah.
Perang dan ekonomi yang dilakukan oleh koalisi pimpinan Arab Saudi telah menimbulkan krisis kemanusiaan terburuk di Yaman, merenggut puluhan ribu nyawa dan menyebabkan lebih banyak lagi orang kehilangan tempat tinggal.
Mengenai peran Amerika dan Barat dalam mencegah kemajuan proses perdamaian di Yaman, Rezq mengatakan bahwa mereka memiliki standar ganda, mengatakan satu hal di media dan melakukan hal lain dalam praktik.
BACA JUGA;
- Dewan Syuro: Masuki Yaman, AS-Inggris jadi Target Sah Militer
- Al-Mashat: Rudal Yaman Bisa Serang Wilayah Mana pun di Negara-negara Agresi
“Mereka menyatakan di media bahwa mereka menginginkan perdamaian dan mengakhiri krisis di Yaman, namun kenyataannya, mereka mencoba melanjutkan krisis dengan tujuan memecah belah Yaman,” katanya.
Masa depan perundingan kedua belah pihak, katanya, masih belum pasti karena belum adanya keseriusan yang ditunjukkan Arab Saudi dan Amerika Serikat.
“Sayangnya, kami melihat Saudi membuang-buang waktu dan mengulangi pernyataan mereka untuk melanjutkan negosiasi dengan tujuan mengeksploitasi situasi ekonomi yang tidak menguntungkan di Yaman, yang justru mereka harapkan akan meningkatkan kemarahan dan protes terhadap pemerintah nasional Sana’a,” ujarnya.
Arab Saudi menyambut baik “hasil positif” dari pembicaraan dengan delegasi gerakan perlawanan Ansarullah pekan lalu dan Kementerian Luar Negeri negara tersebut mengatakan mereka mendukung solusi politik terhadap konflik.
Namun, para ahli merasa pihak Saudi perlu menunjukkan kemauan politik dan keseriusan yang lebih besar dalam menyelesaikan perundingan dan mengakhiri perang yang berkepanjangan dan menghancurkan tersebut. (ARN)
Sumber: Press TV
