Iran, ARRAHMAHNEWS.COM – Presiden Iran Ebrahim Raeisi mengecam perjanjian normalisasi yang dilakukan negara-negara Arab tertentu dengan rezim Israel, dan menggarisbawahi bahwa pembebasan al-Quds yang diduduki adalah “masalah paling penting” di dunia Muslim.
Raeisi menyampaikan pernyataan tersebut dalam pidatonya pada upacara pembukaan Konferensi Persatuan Islam Internasional ke-37 di ibu kota Iran, Teheran, pada hari Minggu.
“Bersatu tidak hanya berarti kesatuan agama atau geografi, namun juga berarti mengekspresikan kohesi dan solidaritas untuk menjaga kepentingan umat Islam,” katanya.
Presiden Iran menggambarkan persatuan umat Islam dengan ketaatan pada Al-Qur’an dan Nabi Muhammad (SAW) sebagai rahasia kemenangan mereka sepanjang sejarah.
Beralih ke pihak asing dan memenuhi keinginan mereka adalah langkah “regresif”, tambahnya. “Pembebasan al-Quds dan Palestina adalah indikator terpenting persatuan umat Islam,” kata Raeisi.
BACA JUGA:
- Presiden Iran Serukan Persatuan Islam Lawan Israel
- Ramzan Kadyrov Serukan Persatuan Islam Dalam Melawan ISIS
Presiden Iran itu lebih lanjut menekankan bahwa upaya untuk menormalisasi hubungan dengan rezim Zionis dipandang sebagai “langkah mundur” bagi pemerintah mana pun karena hal tersebut adalah apa yang diinginkan pihak asing.
“Cara menghadapi musuh bukanlah melalui kompromi dan penyerahan diri, melainkan melalui perlawanan dan ketahanan,” ujarnya.
“Pilihan untuk menyerah dan berkompromi sama sekali tidak mungkin dilakukan; perlawanan dan ketahanan terhadap musuh telah membuahkan hasil dan akan memaksa musuh untuk mundur.”
Raesi memuji konferensi internasional tentang Persatuan Islam di Teheran sebagai acara “anti-Zionisme dan anti-hegemoni”, dengan mengatakan bahwa “Strategi persatuan saat ini dapat memperkuat Umat Islam melawan musuh, dan kohesi melawan perang hibrida.”
BACA JUGA:
- Sekjen Hizbullah: Peringatan Hari Quds Bagian Perjuangan Pembebasan Palestina
- Hamas Serukan Strategi Nasional Pembebasan Palestina
Raeisi juga menyerukan konsolidasi lebih lanjut persatuan Umat Islam dalam menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok teror Takfiri.
“Kejahatan mengerikan kelompok Takfiri yang dilakukan di masjid-masjid dan pusat-pusat keagamaan, pemboman di Pakistan dan Afganistan dan pembantaian orang-orang serta kejahatan yang dilakukan oleh AS dan kaki tangan rezim Zionis di berbagai negara Islam, memerlukan peningkatan persatuan di kalangan umat Islam untuk menghadapi Takfiri saat ini,” tambahnya.
Ia menyerukan para cendekiawan dan pemikir Muslim untuk mempersiapkan diri mengambil peran penting dalam tatanan dunia baru dengan mempromosikan kohesi, persatuan, dan kedekatan agama.
“Umat Islam dan dunia Islam harus membangun diri mereka dalam tatanan baru, mengganggu tatanan yang tidak adil saat ini, dan menciptakan tatanan yang adil di dunia,” katanya, menekankan bahwa Umat Islam akan memainkan peran kunci dalam munculnya tatanan dunia.
Raeisi mengatakan tindakan asusila seperti penodaan terhadap Al-Qur’an dan Nabi, kejahatan keji yang dilakukan oleh kelompok teroris Takfiri, dan normalisasi kesepakatan dengan rezim pendudukan Israel serta kampanye media yang dipelopori oleh musuh dimaksudkan untuk menghalangi umat Islam.
“Musuh bermaksud mengecewakan umat Islam mengenai masa depan dengan menyebarkan gagasan bahwa hanya apa yang mereka mau dan inginkan yang akan terjadi, namun umat Islam telah menggagalkan rencana tersebut,” tambah presiden Iran.
Konferensi Persatuan Islam Internasional ke-37 dimulai di Teheran pada hari Minggu dengan partisipasi ratusan tamu dari puluhan negara Islam. (ARN)
Sumber: Press TV
