Iran, ARRAHMAHNEWS.COM – Kantor Berita Mehr telah memperoleh file audio yang sangat rahasia dari pertemuan David Petraeus, pensiunan jenderal Angkatan Darat AS, dengan elit Amerika dan Zionis mengenai perang Gaza. File ini menunjukkan kebenaran pernyataan pemimpin tertinggi Iran, maupun Sekjen Hizbullah bahwa Amerika Serikat bertanggung jawab atas pembantaian di Gaza.
Dalam berkas rahasia ini, David Petraeus, purnawirawan jenderal Angkatan Darat AS, memaparkan usulannya demi kemenangan rezim Israel dalam perang melawan Gaza di sebuah pertemuan tertutup dan rahasia dengan elite politik-militer Amerika dan Israel. Aviv Kohavi, Mantan Kepala Staf Umum rezim Israel, yang kini menjadi Komandan perang Israel melawan Gaza, juga hadir dalam pertemuan rahasia ini.
BACA JUGA:
- Nasrallah: Jika Pecah Perang Regional, Kapal dan Armada AS Tanggung Akibatnya!
- Hizbullah: AS Bertanggung Jawab Penuh atas Pembantaian di Gaza
Ikhtisar file audio rahasia
Dalam pertemuan tersebut, Jenderal Petraeus mengusulkan strategi gagal AS yang sudah pernah diterapkan di Irak dan Afghanistan sebagai solusi bagi masalah Gaza. AS dengan segala propagandanya menduduki Afghanistan selama 20 tahun dengan janji awal membawa kehidupan yang lebih baik bagi rakyat Afghanistan.
Menurut Brown University, 2.500 tentara Amerika dan hampir 4.000 pekerja kontrak sipil Amerika tewas selama 20 tahun pendudukan yang hanya mewariskan Teror, “kemiskinan dan pengungsian terhadap penduduk setempat.
Begitu juga di Irak, Amerika datang dengan janji-janji demagogis dan telah membawa negara ini ke titik di mana negara ini masih menyaksikan teror dan ketidakamanan setelah 20 tahun. Organisasi Opinion Research Business mengatakan bahwa hanya sampai tahun 2007, yang berarti 4 tahun setelah dimulainya perang, satu juta dua ratus ribu warga Irak terbunuh. Yang menyedihkan adalah hampir 40% dari korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.
Dalam file audio ini, Jenderal Petraeus dengan jelas menunjuk pada pembunuhan yang disengaja terhadap perempuan dan anak-anak Palestina oleh rezim Israel, sambil mencoba untuk membenarkan kejahatan ini.
Ia juga menyarankan strategi meledakkan bangunan tempat tinggal, strategi yang kemudian diadopsi oleh Kohavi ini telah mengakibatkan kematian hampir 9.000 warga sipil Palestina, termasuk 3.500 anak-anak.
Untuk membenarkan pembunuhan brutal terhadap rakyat Palestina, jenderal AS ini juga mengusulkan pembangunan kembali Gaza oleh Zionis untuk mengembalikan citra rezim Israel.
Ini adalah strategi penipuan yang sama yang coba digunakan Amerika untuk membenarkan pembunuhan terhadap rakyat Irak dan Afghanistan, namun akibat dari strategi ini adalah ketidakstabilan kawasan, kemiskinan di negara-negara yang terlibat dalam pendudukan Amerika, dan kematian jutaan orang yang tidak bersalah.
Meski dalam pertemuan tersebut, Petraeus juga mengakui bahwa strategi Amerika terkait pendudukan Irak adalah hal yang bodoh, namun ia mengusulkan strategi yang bodoh dan gagal tersebut untuk digunakan di Gaza, menekankan Israel untuk berhati-hati dalam menerapkannya.
BACA JUGA:
- Sayyed Nasrallah Tekankan Kewajiban Membela Palestina
- Sekjen Hizbullah: Operasi Badai Al-Aqsa Buktikan Israel Lebih Lemah dari Jaring Laba-laba
Lahir pada tanggal 7 November 1952, David Howell Petraeus adalah pensiunan jenderal dan pejabat publik Angkatan Darat Amerika Serikat. Ia menjabat sebagai Direktur Badan Intelijen Pusat sejak 6 September 2011 hingga November 2012, hingga ia terpaksa mengundurkan diri. Ia menjabat sebagai salah satu komandan senior NATO di Bosnia dan Herzegovina pada tahun 2001 dan 2002, dan pada tahun 2007 ia bertanggung jawab atas pasukan militer AS dan sekutunya di Irak. Jenderal Amerika berpangkat tinggi ini juga bertugas memimpin Angkatan Darat AS di Asia Barat, Afrika Timur, dan Asia Tengah sebelum memimpin CIA.
Sementara itu, lahir pada tanggal 23 April 1964, Aviv Kohavi adalah kepala staf umum pasukan militer rezim Israel ke-22 hingga 23 Januari 2023. Kohavi memulai aktivitas militernya sebagai penerjun payung di Brigade Pasukan Terjun Payung dan segera memperoleh posisi administratif dan militer di rezim Zionis hingga akhirnya dia terpilih menjadi komandan unit ini. Ia juga menjabat sebagai komandan Divisi Gaza di militer Zionis, komandan Komando Utara, dan direktur intelijen militer rezim. Pejabat militer Zionis tersebut berperan besar dalam penindasan Intifada pertama dan kedua, agresi rezim Zionis terhadap Lebanon pada tahun 1982 dan 2006, serta agresi rezim terhadap Jalur Gaza pada tahun 2008, 2011, dan 2014. (ARN)
Sumber: MNA
BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLENEWS
