Palestina, ARRAHMAHNEWS.COM – Melalui 4 gelombang, pasukan pendudukan Zionis Israel memperketat dan memperluas implementasi permukiman Yahudi di wilayah yang disebut zona “C” (yang secara administratif dan keamanan di bawah kendali Israel) di Tepi Barat yang diduduki. Hal ini mengakibatkan jumlah pemukim pendatang Yahudi di wilayah Tepi Barat bertambah tujuh kali lipat sejak penandatanganan Perjanjian Oslo.
Kantor Nasional untuk Pertahanan Tanah dan Perlawanan terhadap Permukiman Yahudi menjelaskan, dalam sebuah laporan, bahwa wilayah yang disebut zona (C) menurut perjanjian sementara ini merupakan fokus ambisi pendudukan Zionis Israel. Setelah itu menjadi kawasan vital untuk proyek permukiman mereka.
Menurut laporan, 99% dari wilayah ini sama sekali tidak boleh digunakan oleh warga Palestina. Otoritas pendudukan Zionis Israel tidak mengizinkan warga Palestina membangun di wilayah tersebut untuk keperluan perumahan, komersial, atau industri. Wilayah ini memiliki sebagian besar sumber daya alam di Tepi Barat dan daerah aliran sungai utama, dengan pengecualian cekungan (aliras) timur laut di propinsi Jenin.
Gelombang permukiman Yahudi
Laporan tersebut menegaskan bahwa kawasan ini memang menjadi target untuk permukiman Yahudi sejak awal, dan sudah melewati tiga gelombang, dan nampaknya kini sudah memasuki tahap keempat dan terakhir.
Reminder: 60,000 of these violent, illegal settlers are Americans. They enjoy all the rights of U.S. citizenship; all the privileges of U.S. passports. They CHOSE to leave the U.S., to go and steal land from Palestinians, who have nothing else, and nowhere to go. Criminals. https://t.co/odsZw1CkUO
— Shailja Patel (@shailjapatel) October 31, 2023
Gelombang pertama adalah periode pemerintahan Partai Buruh antara tahun 1967 dan 1977. Ketika sekitar 31 permukiman Yahudi didirikan, yang paling menonjol berada di wilayah “Yerusalem Raya”, “Gush Etzion” di propinsi Betlehem, dan Lembah Yordan, selain permukiman Yahudi yang didirikan di atas tanah desa-desa yang hancur (Yalo, Beit Nuba, dan Latrun).
Adapun jumlah pemukim pendatang Yahudi meningkat menjadi 2.876 pemukim pendatang Yahudi. Fokus pada saat itu adalah “Gush Etzion”, Lembah Yordan, dan wilayah “Yerusalem Raya”, dan di seluruh Tepi Barat “Israel” hanya mendidirikan satu permukiman Yahudi saja di sana.
Gelombang kedua – menurut laporan tersebut – terjadi dengan perubahan besar dalam kebijakan permukiman pendudukan Zionis Israel setelah bangkitnya kelompok sayap kanan ekstrem yang dipimpin oleh Menachem Begin dan setelah penandatanganan perjanjian damai dengan Mesir, di mana pendudukan Zionis Israel mendirikan 35 permukiman di akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an, disusul 43 permukiman Yahudi baru hingga akhir tahun 1980-an.
Israeli illegal settlers are burning down shops and houses of Palestinians in the West Bank! pic.twitter.com/Kzoe2uVmO4
— Ashok Swain (@ashoswai) November 2, 2023
Dia menjelaskan, serangan permukiman Yahudi meningkat pada periode yang menyertai perundingan Madrid dan Washington antara pihak Palestina dan Israel, setelah Perang Teluk Pertama pada tahun 1991. Pemerintahan Yitzhak Shamir mendirikan tujuh permukiman Yahudi baru, dan jumlah pemukim pendatang Yahudi meningkat menjadi 107 ribu, sehingga persentasenya menjadi 5,3% dari total populasi di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Adapun gelombang ketiga terjadi setelah penandatanganan Perjanjian Oslo, serangan permukiman Yahudi terus berlanjut, terjadi perluasan permukiman Yahudi, pembukaan jalan pintas, dan dikeluarkannya perintah militer yang memerintahkan perampasan tanah Palestina, bertentangan dengan apa yang tertuang dalam perjanjian tersebut, yang menetapkan bahwa tidak ada pihak yang boleh memulai atau mengambil langkah apa pun. Hal ini akan mengubah situasi di Tepi Barat dan Gaza sampai menunggu hasil negosiasi status akhir, menurut laporan tersebut.
BACA JUGA:
- KEJI! Pembantaian Baru Israel di Gaza, 100 Serangan Kurang Dari Satu Jam
- MALFUNGSI, Rudal Iron Dome justru Hantam Tel Aviv
Pemerintah pendudukan Zionis Israel menggunakan perjanjian yang ditandatangani dengan pihak Palestina (PLO) sebagai kedok politik untuk melakukan serangan permukiman mereka sampai sebelum pemilu terakhir Knesset Israel pada tahun 2022, sebanyak 158 permukiman Yahudi di Tepi Barat, termasuk di Al-Quds yang dihuni sekitar 700-750 ribu pemukim pendatang Yahudi.
Selain 15-20 ribu pemukim pendatang Yahudi yang tinggal di lebih dari 200 koloni liar permukiman Yahudi, yang seiring waktu mulai berubah menjadi inkubator bagi organisasi teroris Yahudi, seperti organisasi “Hill Youth” and “Price Pay”, dan organisasi lain yang menamakan diri mereka “Rebellion” (pemberontakan).
Masih menurut laporan ini, dengan pemekaran dan perluasan permukiman Yahudi ini, maka tidak ada lagi pembicaraan tentang permukiman politik (yang bisa dibongkar), dan permukiman keamanan, seperti yang dikatakan Yitzhak Rabin, melainkan tentang struktur permukiman-kolonial di atas lahan seluas 600 ribu dunam (1 dunam = 1000 meter persegi), mencakup sekitar 12% dari luas Tepi Barat, ditambah sekitar dua juta dunam.
Daerah ini adalah wilayah pengaruh dewan regional permukiman, sehingga luas wilayah tanah Palestina di bawah kendali langsung permukiman Yahudi, termasuk koloni-koloni liar permukiman Yahudi dan apa yang disebut peternakan penggembalaan, menjadi sekitar 40% dari toal luas wilayah Tepi Barat.
Adapun gelombang keempat (saat ini) yang belum pernah terjadi sebelumnya yaitu serangan permukiman dan rencana destruktif Israel. Dimulai dengan bangkitnya kelompok kanan fasis untuk berkuasa di “Israel” setelah pemilu Knesset terakhir, yang berlangsung tahun lalu, dan bertujuan untuk meningkatkan jumlah pemukim pendatang Yahudi di Tepi Barat dan Al-Quds menjadi sekitar satu juta pemukim pendatang Yahudi selama dua tahun.
Rencana permukiman yang diprediksi
Laporan tersebut menyatakan bahwa Menteri Keuangan dan Menteri Permukiman Yahudi, Bezalel Smotrich, menyiapkan rencana permukiman Yahudi yang mencakup puluhan proyek permukiman Yahudi, mencakup pembangunan baru, termasuk kota permukiman Yahudi baru dan legalisasi sekitar 155 koloni-koloni permukiman liar dan peternakan penggembalaan.
Laporan itu mengatakan, “Jika kita mencoba memperbesar gambaran ini dengan angka, kita akan menyadari besar dan tingkat perkembangan berbahaya yang terjadi dalam proyek permukiman Yahudi di Tepi Barat, termasuk Al-Quds Timur yang diduduki.”
BACA JUGA:
- Warga Sipil Jadi Sasaran, Rudal Hizbullah Hantam Pemukiman Israel
- Ayatullah Khamenei Tekankan Perlunya Tindakan Serius Negara Arab soal Gaza
Jumlah pemukim pendatang Yahudi di Tepi Barat, kecuali Al-Quds, pada penandatanganan Perjanjian Oslo pertama pada tahun 1993 adalah sekitar 115.000 pemukim. Meningkat pada tahun 1999 menjadi sekitar 177.411 pemukim. Pada tahun 2005 meningkat menjadi 249.901 pemukim. Pada tahun 2010 meningkat menjadi 313.928 pemukim, dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 388.285 pemukim.
Jumlah tersebut juga meningkat pada tahun 2018 menjadi 430.147 pemukim, dan pada akhir tahun 2022 mencapai lebih dari 500.000 pemukim pendatang Yahudi, yang tinggal di 158 permukiman Israel di Tepi Barat, termasuk 24 di Al-Quds.
Selain itu, sekitar 200 koloni permukiman Yahudi ilegal dan peternakan yang dihuni oleh sekitar 25.000 pemukim pendatang Yahudi, sebagian besar dari mereka adalah teroris “Hill Youth” dan preman “Price Pay”.
Lebih dari 500.000 pemukim pendatang Yahudi kini tinggal di Tepi Barat, ditambah 250.000 di Al-Quds, yang berarti totalnya melebihi 750.000 pemukim pendatang Yahudi, tujuh kali lipat dari jumlah mereka pada tahun 1993, ketika ditandatangani Perpanjian Oslo pertama. (ARN)
Sumber: Palinfo
BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLENEWS
