arrahmahnews

Dina Sulaeman: Kupas Tuntas Propaganda Berita Miring Uighur

Dina Sulaeman: Kupas Tuntas Propaganda Berita Miring Uighur

Jakarta – Pengamat Timur Tengah dan Radikalisme, Dina Sulaeman di akun facebooknya membuat sebuah tulisan menarik bagaimana berita miring tentang Uighur, propaganda warga Muslim terdholimi oleh pemerintah China adalah sebuah siasat membahayakan bagi negeri ini yang disuarakan oleh kelompok-kelompok pembenci pemerintah RI, inilah cara mereka mencari simpati masyarakat dengan menampilkan info-info sesat tentang Uighur, bahkan tagar #WeStandWithUyghur menjadi trending topik di twitter.

Menurut Pengamat, diantara sedemikian derasnya informasi soal Uighur, memang bagi sebagian orang sulit untuk percaya pada informasi bantahan “kaum Muslim di Uighur baik-baik saja”. Informasi yang tersebar terlihat sangat meyakinkan. Saya tidak punya info apapun yang bisa membantah berbagai foto dan video yang tersebar, karena saya tidak melakukan riset soal ini.

Baca: Eko Kuntadhi Bongkar Fakta Dibalik Isu Uighur

Kondisinya berbeda dengan kasus Suriah, dimana hoax sangat mudah terbongkar: tidak ada satupun foto berdarah-darah yang diklaim sebagai “korban pembantaian Assad” terbukti benar. Hanya dengan cara mudah: masukkan foto itu ke google image, akan segera ditemukan bahwa foto itu adalah korban kejahatan Israel di Gaza, korban kejahatan tentara AS di Irak, korban tabrakan di Turki, korban gempa bumi di Azerbaijan, atau foto kursi kuno di museum [diklaim sebagai kursi listrik dimana orang Sunni dibunuh Assad], dll.

Kondisinya beda dengan kasus Suriah, dulu itu para netizen anti-perang dari berbagai negara gotong-royong memverifikasi foto dan video tersebut. Apa saja hoax yang disebar White Helmets, segera muncul tanggapannya disertai bukti/argumen tak terbantahkan untuk menunjukkan bahwa itu foto/video hoax. Tapi yang sudah banyak dibongkar pun, sebagian orang tetap saja tak mau terima.

Baca: Dubes China Bahas Muslim Uighur dengan Ketum PBNU KH Said Aqil Siradj

Entah mengapa kini para netizen pro China tak banyak bersuara. Minimalnya, kalau betul ini hoax, kalian seharusnya menerjemahkan video-video yang memberi klarifikasi. Ini sama seperti dulu, awalnya, mahasiswa-mahasiswa Indonesia (padahal Aswaja) di Suriah juga cenderung diam. Awalnya, kami para netizen antiperang yang babak belur jadi ‘minoritas’ melawan suara mainstream dan biasanya sering diserang dengan ejekan: emang kalian pernah ke Suriah??

Sekarang, kemana mahasiswa-mahasiswa Muslim Indonesia di China? Suara kalian tentu lebih kuat memberikan testimoni seperti apa kondisi disana. Toh situasi di Indonesia sudah berubah dibanding sebelumnya. Jadi, speak up lah, ga usah takut dibully.

Bagaimana dengan saya? Yang jelas, saya tidak bisa memastikan: apakah kamp konsentrasi dimana 1 juta Muslim direpresi itu benar adanya atau tidak. Tapi, saya cenderung skeptis, karena semua media yang agresif menyuarakan soal Uighur adalah media yang sama, yang selama 8 tahun perang Suriah berbohong, berbohong, dan berbohong.

Media yang sama yang dulu juga berbohong soal “senjata kimia di Irak” yang menjadi alasan untuk invasi militer AS ke Irak tahun 2003 dan memorakporandakan negeri itu, sampai hari ini.

Baca: Muhammad Zazuli: Isu Rohingya Senjata Baru Kelompok Bumi Datar Serang Jokowi

Lembaga-lembaga pro HAM yang melaporkan soal kamp itu (HRW, Amnesty Intl) adalah lembaga yang membuat berbagai laporan dengan data yang tidak terverifikasi, menuduh Assad membantai rakyatnya sendiri (Baca buku Salju di Aleppo).

Jadi, mengapa saya harus langsung percaya pada semua media dan lembaga HAM yang terbukti bertahun-tahun berbohong itu? Sekarang media AS (WSJ) dengan liciknya menyeret NU dan Muhammadiyah ke dalam konflik ini; mereka tuduh NU dan Muhammadiyah menerima dana dari China sehingga diam soal Uighur.

Saya pernah menulis 2 tulisan soal Uighur, di situ saya memberikan “petunjuk metodologis” bagaimana cara menganalisis dan mengkritisi kasus ini, termasuk mengkritisi sumber berita, yang ternyata terkait dengan NED (ingat cerita saya soal NED?). (Tentang China dan Uyghur (12))

Saran saya, sebaiknya kita tetap mendengar dari kedua pihak. Kesalahan publik pada masa perang Suriah adalah menolak mendengar bantahan dari pihak pemerintah Suriah. Narasi yang tersebarluas hanya dari 1 pihak (pro oposisi/pemberontak). Baru beberapa tahun terakhir ini saja pada melek dan mendukung tagar #JanganSuriahkanIndonesia.

Untuk Uighur, Anda semua pasti sudah kenyang membaca dan menonton berbagai video soal “kejahatan” China. Beberapa hari yll, media China merilis film dokumenter untuk membantah narasi itu. Silahkan tonton, Anda akan mendapatkan perspektif yang berbeda.


Simak juga tulisan seorang mantan pejabat KBRI yang pernah berkunjung ke keluarga Uighur di Xinjiang. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca