arrahmahnews

Merasa Terancam, Puluhan Pangeran dan Putri Kerajaan Saudi Lari ke Luar Negeri

Rabu, 28 Desember 2016,

ARRAHMAHNEWS.COM, RIYADH – Puluhan pangeran dan putri dari kerajaan Arab Saudi telah meninggalkan negara itu karena takut hidup mereka terancam setelah semakin kuatnya posisi Muhammad bin Salman sebagai wakil putra mahkota.

Harian Palestina, al-Manar, mengutip sumber-sumber informasi yang mengatakan bahwa banyak anggota keluarga kerajaan telah melarikan diri dari Arab Saudi ke negara-negara lain setelah meningkatnya perbedaan internal dan persaingan di House of Saud dan kacaunya kebijakan mereka di kawasan. (Baca juga: Pangeran Saudi: Muhammad bin Salman Penyebab Runtuhnya Saudi)

Laporan al-Manar yang dikutip FNA pada Selasa (27/12) itu menyebut bahwa sejumlah besar anggota keluarga kerajaan percaya bahwa nyawa mereka sedang dipertaruhkan dan mereka bisa dibunuh setiap saat.

Menurut laporan itu, sementara sejumlah pangeran dan putri berhasil kabur, sejumlah lainnya ditahan dan tidak diizinkan untuk meninggalkan negara itu dan masih di Arab Saudi di bawah pengawasan badan keamanan. (Baca juga: Pertemuan Rahasia Mohammad Bin Salman Dengan PM Israel di Yordania)

Sementara itu, rasa takut tidak hanya terbatas untuk Arab Saudi saja, sejumlah pangeran dan putri pangeran Qatar dan UEA juga telah meninggalkan negara mereka.

Laporan itu muncul setelah think-tank yang berbasis di AS mengungkapkan kemungkinan bahwa Raja Saudi Salman mungkin akan meninggalkan kekuasaan demi mendukung putranya Muhammad bin Salman yang kini menjabat sebagai wakil putra mahkota dan menteri pertahanan untuk segera menjadi Raja. (Baca juga: Rebutan Tahta Para Pangeran Saudi Semakin Membara, Bin Nayef Vs Bin Salman)

“Semakin kesini, pembuat keputusan penting kerajaan adalah Deputi Putra Mahkota Muhammad bin Salman yang berusia tiga puluh satu tahun daripada Raja Salman yang berusia delapan puluh tahun atau Putra Mahkota Muhammad bin Nayef yang berusia lima puluh tujuh tahun. Raja, yang dijelaskan oleh the New York Times telah menderita “kehilangan ingatan,” (Dimensia) diyakini mendukung Muhammad bin Salman, anak tertua dari istri kesayangannya, untuk menjadi penggantinya, ” tulis the Washington Institute untuk Kebijakan Timur dekat pada bulan November.

“Raja Salman telah menjalankan otoritas kerajaan untuk mengubah putra mahkota, menjadikan Muhammad Bin Nayef sebagai putra mahkota tiga bulan setelah menduduki takhta, sehingga ia bisa melakukannya lagi setiap saat (mengganti putra mahkota). Namun apakah Muhammad Bin Nayef dan keluarga kerajaan yang lebih luas akan menerima Muhammad Bin Salman sebagai putra mahkota atau menerima jika raja menyerahkan takhta kepadanya, masih bisa diperdebatkan, karena dukungan kepada kebijakan paksa pangeran muda itu sebagai menteri pertahanan dan pengamat ekonomi kurang menyeluruh, ” jelas the Washington Institute itu menyimpulkan.

Spekulasi think-tank AS itu diperkuat setelah Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Panglima Pasukan Quds Mayjen Ghassem Soleimani mengatakan bahwa Pangeran Arab Saudi sebagai wakil mahkota begitu liar dan haus kekuasaan sehingga ia bahkan bisa membunuh ayahnya sendiri untuk merebut takhta. (Baca juga: Jenderal Soleimani: Wakil Putra Mahkota Saudi “Mohammed bin Salman” Bisa Membunuh Raja demi Merebut Takhta)

Muhammad bin Salman, yang muda, anak ambisius Raja Salman bin Abdul Aziz yang juga menteri pertahanan begitu haus akan kekuasaan dan telah mengambil urusan negara ke tangannya dengan cara yang berani dan agresif sehingga banyak yang percaya dia adalah pewaris dan akan menggulingkan Putra Mahkota, Muhammad Bin Nayef, dalam satu atau lain cara dengan segera. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca