Arab Saudi

Saat Yaman Membara, Mohammed bin Salman jadi Person of The Year Majalah Times

Rabu, 06 Desember 2017

NEW YORK, ARRAHMAHNEWS.COM – Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman terpilih sebagai pembaca majalah Time ‘Person of the Year’, meski ia adalah pelopor pemboman tanpa henti, serta blokade yang menyebabkan kelaparan jutaan warga Yaman.

Penghargaan tersebut diberikan kepada mereka yang “lebih baik atau lebih buruk” memberi pengaruh tahun ini. Pangeran berusia 32 tahun itu mencetak 24 persen suara, dengan gerakan #MeToo melawan serangan seksual dan pelecehan berada di posisi kedua dengan enam persen suara yang relatif sederhana.

Baca: The Independent: Muhammad bin Salman, Manusia Paling Berbahaya di Dunia

Bin Salman menyalip Hillary Clinton, Vladimir Putin dan bahkan Paus dalam pemilihan ini, memenangkan lebih banyak suara bahkan daripada jumlah suara ketiganya jika digabungkan. Menurut RT pada Selasa (05/12), Data dari polling pembaca ini dikumpulkan oleh Apester, sebuah perusahaan Israel-AS yang berkantor pusat di New York.

Sementara beberapa pihak memuji sang pangeran karena dianggap mendorong reformasi di Kerajaan, dengan iklan gratis melalui pemberitaan di media seperti New York Times dan the Guardian , prestasi luar negerinya kurang mengesankan.

Bin Salman berjanji untuk memodernisasi Arab Saudi dengan melakukan diversifikasi ekonomi dari ketergantungannya pada minyak, melonggarkan pembatasan hiburan dan mengurangi kekuatan polisi agama.

Baca: Bin Salman Tangkap Sejumlah Pangeran dan Menteri Dengan Tuduhan Korupsi

Tapi yang paling mengejutkan mungkin penangkapan dan penyiksaan yang melibatkan lebih dari 200 pengusaha dan anggota keluarga kerajaan yang kaya dalam tindakan keras pemberantasan korupsi yang aneh di bulan November, dengan pembebasan melalui perjanjian penyerahan sejumlah harta hingga mencapai 70 persen dari milik mereka.

Langkah tersebut dipandang sebagai cara untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dan menghilangkan persaingan sebelum ia naik tahta sebagai raja. Karena kekayaan sang pangeran sendiri, termasuk pembelian kapal pesiar baru-baru ini yang diperkirakan bernilai sebanyak 500 juta dolar harusnya membuatnya masuk dalam tindakan keras semacam itu.

Belum lagi operasi sapu bersih itu dilakukan pada saat bersamaan dengan pengumumam pengunduran diri Perdana Menteri Libanon Saad Hariri, dalam sebuah pernyataan yang telah direkam sebelumnya yang disiarkan di televisi Saudi. Langkah yang tidak biasa tersebut memicu spekulasi bahwa Hariri berada di bawah tekanan, sebuah teori yang bertambah berat ketika, setelah dua minggu, Hariri kembali ke Lebanon dan menunda pengunduran dirinya.

Yang paling celaka dari semuanya adalah, Pangeran muda ini merupakan inisiator dan pimpinan koalisi yang telah membombardir negara miskin tetangganya sendiri, Yaman, sejak Maret 2015.

Kampanye pengeboman dua tahun tersebut masih berlangsung hingga hari ini. Yaman menghadapi apa yang oleh Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan Mark Lowcock gambarkan sebagai “kelaparan terbesar yang pernah dialami dunia selama beberapa dekade ini,” sebagai tambahan, kolera mewabah, blokade Saudi mencegah bantuan dan pengiriman masuk. Kerajaan tersebut telah dituding melakukan kejahatan perang oleh banyak kelompok hak asasi manusia

Bin Salman juga berperan dalam mengucilkan Qatar pada bulan Juni karena dukungannya terhadap terorisme, mengakibatkan sebuah blokade dan krisis diplomatik. Hingga kini, Qatar belum tunduk pada tuntutan yang ditetapkan oleh Saudi, Bahrain, UEA dan Mesir. Boikot tersebut tampaknya menjadi bumerang, dengan Qatar benar-benar memperkuat aliansi dengan Turki dan Iran. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca