Amerika Serikat – Status Gedung Putih sempat ditetapkan lockdown setelah diserbu para demonstran yang berkumpul di luar gedung untuk memprotes kematian George Floyd, seorang pria kulit hitam yang meninggal setelah seorang diperlakukan secara brutal oleh perwira polisi kulit putih.
Dinas Rahasia AS (Secret Service) yang merupakan pasukan pengamanan presiden Amerika Serikat, memerintahkan lockdown pada Jumat malam ketika lebih dari 100 orang berkumpul di luar gerbang gedung, dengan laporan pendemo juga membakar beberapa bendera Amerika.
“Langkah itu diambil ketika belasan wartawan masih berada di Gedung Putih,” lapor NBC News.
The police have been getting extremely aggressive in front of the White House. I took a nasty blow to the head as these cop started throwing punches at DC residents and the journalists covering their protest of the execution of George Floyd. pic.twitter.com/VLw8TnSWCu
— Wyatt Reed (@wyattreed13) May 30, 2020
Baca: Demo Kematian George Floyd Menyebar ke Berbagai Wilayah AS
Presiden Donald Trump dikabarkan tengah berada di ruang kerjanya di Gedung Putih ketika demonstrasi berlangsung.
Ribuan demonstran terlihat memegang berbagai slogan, beberapa bertuliskan “Berhenti Membunuh Kami” dan “Apakah Saya Selanjutnya?” atau “AM I NEXT?”.
https://twitter.com/Partisangirl/status/1266602130422419456?s=20
Puluhan petugas pasukan pengamanan presiden berbaris menyusun barikade demi mengamankan akses keluar masuk Gedung Putih dari para pengunjuk rasa. Beberapa video yang beredar di media sosial menunjukkan petugas bersikap agresif dan terlibat bentrok dengan massa.
#NOW: On the fourth day of nationwide protests after the death of George Floyd, hundreds are setting out from DC’s U Street for a march toward the White House.
Their starting chant: “No justice, no peace.” Later, it’s “Derek Chauvin, third degree—fuck that, it’s first degree.” pic.twitter.com/dNpZ2S75B1
— Alejandro Alvarez (@aletweetsnews) May 29, 2020
Baca: Buntut Demo Kematian George Floyd, Walikota Minneapolis Tetapkan Jam Malam
Dalam demo terpisah di ibukota AS, lebih dari 2.000 pendemo bergerak ke Trump International Hotel, meneriakkan “kami tidak bisa bernafas” dan “tidak ada keadilan, tidak ada kedamaian” dengan membawa berbagai plakat. (ARN)