Amerika

NYT: Dunia Samakan Trump dengan Saddam dan Mussolini

NYT: Dunia Samakan Trump dengan Saddam dan Mussolini

Amerika, ARRAHMAHNEWS.COM  New York Times dalam sebuah laporannya mengkonfirmasi reaksi orang-orang di seluruh dunia terhadap kebrutalan polisi AS dan ancaman Trump yang akan menerjunkan tentara ke jalan-jalan untuk menghentikan protes yang mengekspresikan kemarahan dan kritik terhadap klaim AS sebagai sponsor demokrasi di dunia.

Laporan tersebut menyatakan bahwa rakyat Irak menyamakan gambar Trump yang membawa Alkitab di depan gereja, dengan gambar Saddam saat membawa Al-Quran di pengadilan. Sementara beberapa pengunjuk rasa di AS meneriakkan bahwa orang Irak menyebut Trump “Saddam” di Amerika.

BACA JUGA:

Souran Taufiq, ayah dari empat anak dan pemilik toko di Sulaimaniyah, wilayah Kurdistan, Irak Utara, mengatakan ia bersimpati dengan demonstran Amerika, dan dikejutkan oleh video kematian George Floyd, dan menambahkan bahwa ada pembunuhan di dunia setiap hari, tetapi seorang polisi yang seharusnya menjadi menegakkan hukum membunuh seorang warga sipil karena alasan rasis? Ini sulit diterima.

NYT: Dunia Samakan Trump dengan Saddam dan Mussolini

Donald Trump

Di Italia, seorang pria berusia 95 tahun yang menyaksikan Perang Dunia mengatakan dia menonton hantu Mussolini dalam klip video di Amerika Serikat, dan menambahkan bahwa saya sering mengunjungi sekolah untuk memperingatkan siswa tentang “bahaya intimidasi atau bullying” dan pentingnya berdiri di depannya, Trump sekarang diganggu, tetapi apakah kita harus berdiri di depannya, dan membiarkannya menjadi Mussolini kecil?

Di Kenya, yang dianggap sebagai sekutu AS dan negara di mana kebrutalan polisi semakin memburuk, beberapa orang mengatakan bahwa video kematian Floyd, penggunaan gas air mata terhadap demonstran dan wartawan telah menunjukkan wajah asli AS yang tak bermoral, Apakah pantas negara seperti ini memberi kuliah ke negara-negara Afrika tentang hak asasi manusia?.

BACA JUGA:

Aktivis Nigeria Onyema Megwe yang tinggal dan bekerja di Boston pada tahun 2009 mengatakan kekacauan di Amerika membujuknya untuk tidak mengirim anak-anaknya ke Amerika Serikat. Saya takut ada panggilan telepon yang memberitahu kepada saya bahwa anak saya dibunuh oleh polisi hanya karena dia berkulit hitam.

Dalam sebuah unjuk rasa solidaritas di Perancis, beberapa pengunjuk rasa di jalan-jalan Paris mengatakan bahwa kematian George Floyd memperkuat pandangan mereka tentang Amerika Serikat, yang telah berkurang sejak invasi Irak pada 2003. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca