Amerika

Zarif: AS Harus Minta Izin IRGC kalau Mau Lewati Selat Hormuz

Arrahmahnews.com, NEW YORK – Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengatakan bahwa AS harus meminta izin kepada Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) jika mereka ingin melewati selat Hormuz.

“Jika AS ingin memasuki Selat Hormuz, mereka harus berbicara dengan pasukan IRGC yang melindungi (wilayah itu), kata Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, sebagaimana dikutip Sputnik, Rabu (24/04).

Sebelumnya, Washington telah mencap Korps Garda Revolusi Islam Iran sebagai kelompok ‘teroris’, dan mengumumkan bahwa mereka akan menghapus keringanan sanksi terhadap ekspor minyak Iran yang berakhir bulan depan.

Baca: Khamenei: Iran akan Tetap Ekspor Minyak Sebanyak yang Diinginkan

“Adalah kepentingan keamanan nasional vital kami untuk menjaga Teluk Persia tetap terbuka, untuk menjaga Selat Hormuz tetap terbuka. Kami telah melakukan itu di masa lalu dan kami akan terus melakukan itu di masa depan. Tetapi Amerika Serikat harus tahu bahwa ketika mereka memasuki Selat Hormuz, mereka harus berbicara dengan mereka yang melindungi Selat Hormuz – dan itu adalah Pengawal Revolusi Iran, “kata menteri luar negeri, saat berbicara di New York pada hari Rabu di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Masyarakat Asia.

“Kami percaya bahwa Iran akan terus menjual minyaknya. Kami akan terus mencari pembeli untuk minyak kami dan kami akan terus menggunakan Selat Hormuz sebagai jalur transit yang aman untuk penjualan minyak kami,” tambah Zarif. “Jika Amerika Serikat mengambil tindakan gila dengan mencoba mencegah kami melakukan itu, maka mereka harus siap untuk konsekuensinya,” katanya memperingatkan.

Zarif menuduh Washington mengejar kebijakan “sangat berbahaya” terhadap Teheran. Menurut Zarif, Presiden Trump salah jika dia berpikir sanksi keras bisa membuat Iran mengubah kebijakannya.

Baca: China: Langkah AS Hapus Pengecualian Sanksi Iran Intensifkan Gejolak Pasar Global

“[Trump] berpikir bahwa melalui tekanan lebih lanjut pada Iran, yang disebut ‘kebijakan tekanan maksimum,’ maka dia dapat membuat kami bertekuk lutut. Dia salah!” kata Zarif, menyindir bahwa Iran “alergi terhadap tekanan.”

Zarif juga menolak proposal pemerintahan Trump sebelumnya untuk perundingan “baru” pada program nuklir Iran, mengatakan bahwa perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015 adalah “kesepakatan terbaik yang bisa kita capai.” (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca