arrahmahnews

Pondok Qurani Jundullah Karangploso Malang Rumah Transit ISIS Di Indonesia

Arrahmahnews.com, MALANG – Simpatisan ISIS (Islamic State Iraq and Syria) rupanya tumbuh subur di Kabupaten Malang. Bukan hanya sekadar menjaring simpatisan, ISIS rupanya menjadikan kawasan ini sebagai salah satu tempat pendidikan para pengikut gerakan radikalisme tersebut.

Mereka dilatih dan diberi pengetahuan terlebih dahulu sebelum diberangkatkan ke Syria. Para simpatisan ISIS dari seluruh Indonesia, sebelum diberangkan ke Syiria, mendapatkan pendidikan terlebih dahulu di Pondok Qurani Jundullah. Pondok ini lokasinya berada di belakang kampus III Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Tepatnya berada di Dusun Gondang, Desa Tegalgondo, Kecamatan Karangploso.
Terbongkarnya tempat pendidikan ISIS diketahui setelah tertangkapnya rombongan Muhammad Riduansyah di Bandara Juanda pada Kamis (14/5) lalu. Riduansyah yang merupakan buronan Badan Intelijen Negara (BIN) dan lima orangnya tersebut bakal terbang ke Malaysia lantas ke Turki dan selanjutnya menuju Syria. Baca penangkapan ISIS di Bandara Juanda. Aparat kepolisian menggeledah rumah tersebut dan ditemukan beberapa buku-buku tentang jihad. karangploso - aparat geledah rumah transit terduga ISIS   (17)


Riduansyah dan kawan-kawan yang tertangkap tersebut berasal dari Sulawesi dan Kalimantan. Mereka dilatih sekitar satu tahun hingga tiga tahun di Tegalgondo sebelum diberangkatkan ke Syria. Selain enam orang, masih banyak orang yang tinggal di Qurani Jundullah. Mereka juga diduga sebagai simpatisan ISIS.
ISIS
Saat wartawan koran ini mengunjungi tempat pelatihan dan transit ISIS di Malang tersebut, papan nama Ponpes Qurani Jundullah tak terpasang. Sekilas, rumah tersebut dari luar seperti rumah penduduk lainnya.
Untuk memastikan keberadaan Qurani Jundullah, wartawan koran ini mencari informasi di Balai Desa Tegalgondo. Berdasarkan keterangan Kaur Keamanan Tegalgondo Tarmudi, di wilayahnya memang ponpes bernama Qurani Jundullah. Pondok tersebut berada di sebuah rumah kontrakan di Jalan Sunimbar. ”Pondok ini ada sejak tiga tahun lalu. Mereka mengontrak dan izin untuk dijadikan tempat mengaji oleh beberapa anak asuhnya,” ujar Tarmudi.
Ketika ditanya soal data tertulis mengenai izin bangunan, identitas pengontrak, serta pemilik rumah kontrakan, Tarmudi tak tahu-menahu. Dia berdalih tak ada data nama para pengontrak dan pemilik rumahnya karena hilang dan lupa untuk menggandakan. ”Saya kurang tahu ya, datanya juga tidak ada,” tambahnya.
Saat wartawan mengunjungi lokasi ponpes, rumah berlantai dua berwarna cokelat itu sepi tak ada aktivitas penghuninya. Hanya ada dua sepeda motor terparkir di teras.
Sekitar lima menit kemudian muncul sosok pria dewasa berbaju koko putih dan celana kain keluar diikuti sosok anak laki-laki. Pria dewasa yang mengaku bernama Gani tersebut tampak tergesa-gesa sembari meletakkan dua karung beras ke sepeda motornya. ”Maaf ya, saya terburu-buru. Nanti saya sehabis isya ke sini lagi kok,” ucap Gani.
Ketika wartawan Jawa Pos Radar Malang menanyakan apakah benar Riduansyah dan kawan-kawannya pernah bermalam di rumah ini, pria berkulit sawo matang berjenggot itu enggan berkomentar banyak. ”Nanti ketemuan saja, saya akan jelaskan semuanya,” elaknya sambil menutup pagar besi lalu bergegas kembali ke dalam rumah.
Menurut para tetangganya, pondok tersebut memang dijadikan tempat mengaji setiap pagi dan sore. Eva, pemilik warung kopi yang lokasinya di sebelah Qurani Jundullah mengatakan, pengajian dilakukan di garasi rumah setiap sore dan pagi hari. Para pengasuhnya menggunakan cadar semua. ”Kalau pagi, pengajiannya dimulai sejak subuh,” ucap Eva.
Namun, Eva tak tahu persis apa saja aktivitas yang terjadi di dalam pondok. Sebab, semua penghuni pondok sangat tertutup dan jarang keluar. Selain itu, tidak ada kegiatan penghuni yang menggangu warga sekitar. ”Selama ini ya mungkin kayak home schooling saja. Kadang pagi hari memang ada anak laki-laki belanja ke sini,” lanjut Eva.
Sementara itu, H Romli Soleh, tokoh agama sekaligus pemilik TKQ/TPQ Darul Hamdi yang lokasinya juga berdekatan dengan Qurani Jundullah menerangkan, sudah sedari awal dirinya merasa waswas. Ini karena diduga aliran keagamaan yang dianut lain dari mayoritas yang dianut warga.
Pria yang akrab dipanggil Gus Rom tersebut menjelaskan, sebelum mengontrak rumah, Gani dan tiga temannya bertamu ke kediamannya. ”Mereka bicara perihal menghuni rumah untuk aktivitas mengaji bagi anak asuhnya,” ujar Gus Rom.
ISISPascapertemuan itu, dirinya langsung menemui kepala desa dan mewanti-wanti supaya tidak mudah menerima orang asing. ”Tapi nyatanya hingga sekarang mereka malah menghuni kontrakan,” lanjutnya.
Menurut Gus Rom, pada 2013 lalu, Densus 88 Antiteror Polri mendatangi kediamannya. Itu terjadi setelah ada kabar bahwa istri Abdul Hamid, narapidana kasus terorisme di LP Lowokwaru, ada di Qurani Jundullah tersebut. ”Saat itu pihak Densus menitip pesan kepada saya untuk mengawasi aktivitas di pondok tersebut,” jelasnya.
Selama dalam pantauannya, memang kerap kali ada satu hingga dua mobil minibus mendatangi Qurani Jundullah. Kadang pagi-pagi buta, kadang malam hari. Namun, dia tidak tahu persis siapa dan ada berapa orang yang datang, karena kondisi cukup gelap serta kaca mobil yang tertutup rapat. ”Paling lama 30 menit bertahan di rumah tersebut, lalu pergi entah kemana,” sambung dia.
Meskipun mencurigakan, dia tak bisa berbuat apa-apa. Seharusnya, harap dia, pihak desa melalui RT dan RW lah yang aktif.
Seperti diberitakan di Jawa Pos, Muhammad Riduansyah merupakan warga Jalan Kusuma Bangsa, Desa Gunung Lingkas, Kecamatan Tarakan Timur, Tarakan, Kalimantan Timur. Dia dan lima orang lainnya tertangkap di Juanda saat akan terbang ke Malaysia.
Teman-teman Riduansyah yang juga turut tertangkap adalah Murniati Mappa Lebu, 45; Ahmad Muadz Mustafa, 18; Harianto Sultan Lamaddu, 29; Sitti Hajar Mustafa Mademing 21; dan Zaid Tofa Fauzan, 2. Mereka adalah warga Desa Kariako, Kecamatan Ponrang Selatan Luwu, Sulawesi Selatan.
Sebelum terungkap jaringan Riduansyah dan Abdul Hamid, di Malang juga ada jaringan Salim Mubarok Attamimi atau Abu Jandal. Dia merupakan panglima ISIS di Indonesia. Beberapa bulan yang lalu, jaringan ini juga terungkap.
Di tempat terpisah, Kapolres Malang AKBP Aris Haryanto mengatakan, dirinya malah baru mengetahui keberadaaan tempat tinggal terduga anggota ISIS yang ada di Kabupaten Malang melalui media. ”Masih saya dalami, karena baru muncul di media,” kata Aris.
Untuk itu, imbuh Aris, pihaknya akan meningkatkan fungsi intelejennya serta binmas untuk lebih aktif lagi. ”Polres akan dalami info tersebut. Kami akan memastikan kebenaran dari berita tersebut,” imbuh mantan Kapolres Pacitan itu. Kalau memang benar ada tempat transit dan pelatihan ISIS di wilayahnya, maka pihaknya akan berkoordinasi dengan Polda Jatim. (RNA/Radar Malang online/dan Sumber Lain)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca