arrahmahnews

‘Hari Santri’ Senjata Ampuh Negara dan Ormas Islam Toleran Perangi Kelompok Radikal

JAKARTA, Arrahmahnews.com – Situasi memanas di Suriah, Irak dan Yaman memicu para pendukung Saudi dan Amerika serta Zionis kalang-kabut dan resah, malu dan tak berdaya. Kelompok radikal yang didukung oleh Saudi, Amerika dan yang jelas oleh Zionis ingin sekali mereka memporak-porandakan ajaran Islam Muhammadi.

Melihat hal ini maka para pendukung gerakan Teroris dan Saudi dengan sangat kencangnya menghembuskan ‘Perang Sektarian’, media-media radikal dengan tanpa malu-malu dan takut dengan pemerintah menebar bola panas pertikaian, mereka berupaya meruntuhkan pemerintahan Jokowi yang mereka anggap pemerintahan tak sah menurut mereka, karena tidak tegakkan ‘Khilafah’, umat Islam mereka hidangkan ketegangan dengan isu keagamaan dan SARA hingga pada akhirnya akan terjadi kekacauan dan pertikaian antar umat beragama. (Baca juga: Ketegangan Sunni-Syiah Hasil Rekayasa Wahabi Takfiri)

Aliansi Nasional

Dikumandangkannya hari santri nasional itu bukan hanya sekedar penghargaan kepada para santri saja tetapi ini sebuah strategi dan senjata ampuh perangi radikalisme.

Inilah bagian dari program merapatkan barisan yang dibangun pemerintah bersama ormas agama besar di negara ini. Indonesia sekarang memasuki fase “warning” dengan memanasnya kembali situasi Suriah. Isu-isu sektarian gencar dilakukan di beberapa daerah rawan konflik dengan tujuan mengadu domba antar umat beragama. Apalagi pandangan politik Indonesia sekarang lebih banyak mengacu ke Rusia dan China daripada ke barat. Terancamnya US di Freepot menunjukkan Jokowi ingin melakukan nasionalisasi secara bertahap terhadap sumber daya alam Indonesia yang dikuasai asing. (Baca juga: Ideologi Khilafah Akar dari Terorisme di Dunia)

Diberantasnya mafia-mafia yang menguasai sektor migas dan pangan selama ini juga turut berperan dalam memanaskan situasi di Indonesia. Mereka menyerang dari segala arah dan isu sektarian termasuk dalam agenda besar mereka. Dengan dibenturkannya umat beragama, maka Indonesia diharapkan chaos dan dengan begitu turun kepercayaan terhadap pemerintah.

“Attack dog” yang paling bagus adalah memanfaatkan kaum radikal. Kamu radikal berbaju agama digerakkan untuk memicu kekacauan. Diharapkan situasi akan seperti ambon atau sampit. Dan goyangan ini muncul dimana-mana.

Hari santri yang dicanangkan pemerintah adalah kelanjutan dari konsep “Islam Nusantara” yang pertama digaungkan.

Pertama, keluarkan konsep Islam Nusantara untuk memilah mana Islam radikal dan islam toleran. Masyarakat di edukasi bahwa Islam itu bukan arabisme, sehingga semua budaya arab timur tengah termasuk sifat keras mereka bukan menjadi inti dari ajaran Islam. Maka turun gunung-lah para punggawa untuk meng-edukasi konsep Islam Nusantara seperti Gus Mus, Cak Nun, Quraish Shihab, Buya Syafii Maarif dan ulama besar lainnya. (Baca juga: Persatuan Sunnah-Syiah Pesan Ilahi Untuk Negri dari Ancaman Wahabi)

Langkah kedua, perkokoh posisi santri. Dengan diresmikannya hari santri Nasional maka para santri di seluruh Nusantara dirapatkan. Resolusi mereka adalah jihad melawan kebodohan, kemiskinan dan radikalisme. Mereka menyerang akar-akar masalah yang selama ini menjadi tempat berkembang biaknya faham Wahabisme dan Zonisme. (Baca juga: PKS Ikhwanul Muslimin Indonesia Berfaham Aliran Sesat Wahabi)

Para santri dilibatkan penuh untuk menangkal ajaran radikal yang selama ini memakai baju Islam dan agama. Mereka dibekali wawasan kebangsaan dan negara yang selama ini diperjuangkan oleh pendahulu-pendahulu mereka.

Gerakan pemerintah bersama NU dan Muhammadiyah ini mengurung kaum radikal ke pojok sempit ruangan. Mereka menjadi bahan bully-an masyarakat yang teredukasi baik tentang siapa mereka sebenarnya dan apa yang ingin mereka lakukan untuk negara ini sesungguhnya.

Inilah yang disebut perang lunak. Dengan memanfaatkan teknologi, maka penyebaran paham disebar-luaskan. Dan kita melihat, merasakan bahkan banyak mengalami bahwa kita sebenarnya sudah masuk pada medan perang pemikiran.

Ini langkah brilian dan mengagumkan yang menunjukkan kualitas berfikir para pemimpin negeri ini.

Para radikalis tidak digebuki atau dipenjara meski mereka banyak melakukan fitnah, kecuali jika mereka sudah merusak. Mereka dibiarkan, dan masyarakat di edukasi untuk melihat kesalahan berfikir mereka. Seandainya pemerintah menggebuki mereka, yang terjadi malah mereka akan menjadi pahlawan dan semakin kencang keyakinan ‘jihad’ ala mereka. Keyakinan ini akan meluas dan menjadikan negara chaos seperti hal-nya yang terjadi di Mesir ketika pemerintah menggebuki Ikhwanul Muslimin. (Baca juga: Islam Radikal Bukan Ajaran Rasulullah Saw)

Beruntungnya negara kita banyak mengambil pelajaran dari situasi di Timur Tengah. Pelajaran untuk bertahan dan mengenal kebenaran juga kesalahan. Bayangkan Suriah, belum sempat penduduknya berfikir, mereka sudah diserang.

Jadi, biarkan para pemimpin kita ini bekerja. Mereka bukan pesulap. (ARN/MM)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca