arrahmahnews

Ahok Inkarnasi Perjuangan Suci Soe Hok Gie

Selasa, 28 Juni 2016,

BANDUNG, ARRAHMAHNEWS.COM – Aktivis dan Advokat serta pengamat politik dari Bandung memberikan ulasan menarik tentang Ahok, berikut tulisannya:

Ada hal yang lucu dari serangan politik para musuh Ahok, mereka tiada henti-hentinya menyerang Ahok namun kali ini yang diserang mereka bukanlah Ahok secara langsung, akan tetapi organisasi relawan penyokong Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yakni TEMAN AHOK untuk maju pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 melalui jalur independen.

Alkisah, setelah mereka tidak berhasil “mengkoruptorkan” Ahok dalam kasus pembelian lahan RS. Sumber Waras yang kasusnya kemudian dihentikan oleh KPK, mereka melalui Anggota Komisi Hukum DPR RI Junimart Girsang, kemudian mendorong KPK untuk segera memeriksa Ahok dalam perkara suap Reklamasi Pantai Utara Jakarta yang konon TEMAN AHOK telah mendapatkan dana Rp. 30 Milyar dari pengembang reklamasi yang diberikannya melalui Sunny Tanuwidjaja dan Cyrus. Sunny sebelumnya adalah anggota staf khusus Ahok, sedangkan Cyrus adalah lembaga konsultan politik yang dipimpin Hasan Nasbi. Hasan Nasbi sendiri disinyalir oleh mereka, pada awalnya adalah penopang pendanaan TEMAN AHOK, dan sebagian besar aktivis TEMAN AHOK adalah berasal dari Cyrus. Hasan merupakan pengaggas dan pemberi dana tahap awal TEMAN AHOK.

(Baca juga: TELAK! Dokumen Ini Mematahkan Tuduhan BPK kepada Ahok Terkait Sumber Waras)

Begitulah isue itu berhembus dan semakin kencang setelah diliput dan diberitakan oleh TEMPO, dan kemudian terus disebarkan oleh berbagai pihak yang selama ini menanti-nanti terkuaknya kasus besar yang melibatkan Ahok baik secara langsung maupun tak langsung. Lalu bagaimana saya (Baca: Penulis) memandang atau menyikapi kasus ini?

Pertama, kasus ini sebenarnya berkembang dari kasus sebelumnya, yakni dugaan suap dalam pembahasan Raperda tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Dalam kasus ini KPK telah menetapkan tiga tersangka, yakni Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta M. Sanusi, personal assistant PT Agung Podomoro Land Triananda Prihartono, dan Presdir PT APL Ariesman Widjaja, setelah KPK sebelumnya telah menangkap M Sanusi, Triananda dan sopir M Sanusi yang bernama Gerry pada Kamis 30 Maret 2015 dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT). Dalam perkembangannya, sesuai dengan berita valid yang baru saya dapat, kasus suap ini juga melibatkan tokoh politik yang sangat tersohor, yakni Fauzi Bowo alias Foke mantan Gubernur DKI Jakarta yang saat ini menjadi Duta Besar RI di Berlin Jerman.

KPK sendiri setelah mendapatkan informasi dari pernyataan Ahok pada para wartawan, yang menyatakan Fokelah yang menerbitkan lima izin prinsip reklamasi, sementara Ahok sendiri hanya menerbitkan tiga izin pelaksanaan reklamasi, telah berusaha mendalami kasus ini dan menyatakan tidak menutup kemungkinan akan segera memeriksa Fauzi Bowo (Foke). Bagi saya pernyataan KPK tentang kemungkinan keterlibatan Foke ini lebih menarik untuk dicermati, karena di belakang Foke sesungguhnya ada orang-orang besar yang dahulu mempunyai pengaruh politik yang sangat besar di negeri ini, yang diantaranya adalah Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) mantan Presiden RI ke enam.

(Baca juga: Akhirnya KPK Buktikan BPK “Ngaco”, Bermain Politik Dalam Kasus Sumber Waras)

Kita semua telah tahu, bahwa Foke dulu adalah salah seorang bendahara Partai Demokrat yang pendiri, Ketua Dewan Pembina dan Ketua Umum DPP nya (setelah Anas Urbaningrum) adalah SBY. Presiden SBY lah yang juga mengangkat Foke menjadi Duta Besar RI di Berlin Jerman. Pengangkatan Foke oleh SBY menjadi Dubes ini, jika dikaitkan dengan kasus sekandal besar suap Reklamasi Pantai Utara Jakarta, memang ada kemungkinan besar Foke terlibat bahkan bisa jadi dialah yang telah menerima suap terbesarnya. Mungkin untuk mengantisipasi kemungkinan buruk yang terjadi didepan nanti, SBY sebagai Big Boss nya telah lebih jauh dari dulu mengantisipaainya dengan “mendubeskan” Foke di Jerman. Dengan menjadi Dubes di Jerman, Foke akan berlindung pada pemerintahan Jerman dengan cara permohonan Suaka Politik dari ancaman penjara KPK, sekaligus bagi SBY, Suaka Politik Foke dianggapnya akan dapat menutup rapat-rapat sekandal korupsi berbondong-bondongnya disana. Jika hal ini kelak benar-benar terjadi, saya pikir teman-teman di Jerman harus segera mengantisipasinya, dan bila perlu mengadakan perlawanan terus menerus terhadapnya.

Kedua, bila Ahok pun pada akhirnya dinyatakan oleh KPK turut terlibat pula dalam sekandal suap reklamasi pantai utara Jakarta ini, sebaiknya teman-teman dapat memahami posisi Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta yang harus melanjutkan estafet pembangunan kawasan DKI Jakarta yang jauh lebih progresif dari sebelumnya. Tantangan Ahok jauh lebih besar dari tantangan yang dihadapi Foke ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta. Apa yang dilakukan oleh Gubernur Ahok juga jauh lebih besar dan maju dari gubernur-gubernur DKI Jakarta sebelumnya selain Jokowi saat menjadi Gubernur DKI Jakarta. Jika Ahok diturunkan di tengah jalan, atau tidak maju lagi dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 siapakah yang dapat menggantikannya? Apakah Jakarta tidak akan kembali hancur setelah kelak ditinggalkan oleh Ahok?

Ketahuilah, untuk memimpin perubahan besar di Jakarta, masyarakat tidak hanya membutuhkan pemimpin yang jujur, tetapi juga cerdas (mempunyai visi dan misi yang jelas), jujur dan cerdas saja ternyata juga tidak cukup melainkan juga harus berani dan mempunyai pendukung. Jujur, cerdas, berani dan mempunyai pendukung saja ternyata juga tidak cukup untuk memimpin Jakarta yang luas dan menyimpan banyak mafia politiknya yang kaya raya, karenanya selain jujur, cerdas, berani dan punya pendukung, untuk menjadi pemimpin tangguh di DKI Jakarta juga harus punya modal financial yang banyak. Untuk syarat yang terakhir ini sungguh sangat sulit dipenuhi oleh berbagai orang, karenanya “bermitra” dengan salah satu orang berandal untuk melenyapkan ribuan orang berandalan lainnya adalah pilihan taktis dan strategis! Politik bukanlah berhenti sebatas siapa dapat apa, melainkan politik sesungguhnya adalah siapa, dapat apa dan untuk apa!

(Baca juga: Persekongkolan DPR dan BPK Untuk Jegal Ahok)

Ketiga, mereka menyerang TEMAN AHOK tapi tidak menyerang Ahok, memangnya ada maksud apa? Menyingkirkan para pendukung atau relawan independen Ahok agar Ahok sendirian, kesepian, terasing dan kemudian dirangkul manis oleh Partai Politik untuk didorong maju sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta 2017 tidak dari jalur independen tapi dari jalur Partai Politik? Ah, saya tau maksud kalian agar Ahok kelak bisa kalian kendalikan, benar kan? Ah, kalian jangan bermimpi, untuk memaksa Ahok maju melalui jalur Partai Politik memang sangat memungkinkan, namun untuk bisa mengendalikan Ahok yang tegas dan loyal pada kebenaran dan keadilan adalah suatu halusinasi. Sini ku beri tahu kalian: ketahuilah, Ahok itu inkarnasi perjuangan suci dari Soe Hok Gie, menyerahlah, dan DKI Jakarta akan jauh lebih maju di tangannya! Wallahu a’lam bisawab. Wasalam…(SHE). (ARN)

Sumber: Akun Facebook Saiful Huda Ems (SHE), advokat dan penulis opini politik serta esai sastra.

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca