Analisa

Analis; AS Tak Punya Pilihan Kecuali Serang Pemerintah Suriah

Sabtu, 15 Oktober 2016,

SURIAH, ARRAHMAHNEWS.COM – Kekhawatiran tumbuh saat AS kehilangan tanah di Suriah, mungkin itu memulai sebuah serangan udara terhadap pemerintah Suriah yang dapat menyebabkan konflik bersenjata dengan Rusia, menurut seorang profesor dan penulis Amerika.

James Petras, seorang profesor sosiologi di Binghamton University di New York, dan dosen di Universitas Saint Mary di Halifax, Kanada, membuat pernyataan dalam sebuah wawancara dengan Press TV pada hari Jumat.

Dia mengomentari laporan berita yang mengatakan Presiden AS Barack Obama dan penasihat kebijakan luar negeri utamanya mempertimbangkan opsi militer mereka sebagai pilihan lain di Suriah, untuk menghadang laju pasukan Suriah dan Rusia yang terus mengalahkan militan yang didukung AS di Aleppo dan bagian lain di negara itu.

Para pejabat AS mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa beberapa pejabat tinggi mulai berdebat soal tindakan tegas di Suriah atau risiko kehilangan pengaruh di Suriah.

Menurut laporan, yang diterbitkan pada hari Jumat, salah satu pilihan adalah melakukan serangan udara langsung ke pangkalan militer Suriah, gudang amunisi atau radar dan rudal anti-pesawat.

Profesor Petras mengatakan, “Kami berada di titik yang sangat sulit dalam evolusi konflik Suriah. Saya pikir Amerika Serikat merasa bahwa ia telah kehilangan tanah yang dikuasai oleh teroris dukungannya dari kelompok dan militan yang telah diizinkan untuk memasuki negara itu.”

“Ada kekhawatiran yang cukup besar antara Rusia dan Suriah, bahwa AS akan memutuskan untuk terlibat dalam perang udara terhadap pemerintah Suriah, yang akan meningkatkan eskalasi konflik, dan berpotensi melibatkan Rusia dalam perang yang dilancarkan AS yang akan menjadi bencana lebih besar lagi,” katanya.

“Jadi ini adalah saat yang sangat sulit bagi kami sebagai warga negara, meskipun sebagian besar rakyat Amerika tampaknya tahu tentang konsekuensi yang akan terjadi pada mereka,” katanya dalam sambutannya menyimpulkan.

Awal pekan ini, mantan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev juga memperingatkan bahwa ketegangan antara Washington dan Moskow telah mencapai “batas berbahaya”.

“Saya pikir dunia telah mendekati ambang batas berbahaya. Saya lebih suka untuk tidak menyarankan skema tertentu, tapi saya ingin mengatakan: kita harus berhenti, “Gorbachev, 85, mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA Novosti, pada Senin lalu. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca