arrahmahnews

Denny Siregar: Siasat politik rezim orde lama dan PKS menuju pilpres 2019

Senin, 13 Maret 2017,

ARRAHMAHNEWS.COM JAKARTA – Suhu politik menuju pilpres 2019 mulai terasa, beberapa isu manis juga sedang digulirkan oleh partai politik, dari isu Soeharto hingga isu PKI.

Tokoh media sosial Denny Siregar memberikan analaisa tentang “Siasat politik PKS bangkitkan orde lama dan isu PKI menuju pilpres 2019”, berikut tulisannya: (Baca juga: PKS Partai Ajaib Sedunia)

Saya sejak lama yakin, bahwa ruh Soeharto akan dibangkitkan kembali. Kekuasaan itu manis rasanya dan orang yang sudah pernah mencicipinya selalu ingin merasakannya lagi. Terutama dari keturunannya yang punya ambisi untuk kembali menguasai negeri ini. Dan cara membangkitkan ruh Soeharto adalah dengan mencuci namanya. Di dunia marketing namanya re-branding. (Baca

Cara melakukan rebranding awal adalah dengan mengingatkan masyarakat bahwa “sungguh enak pada masa pemerintahan Soeharto”. Harga murah, negara aman, proyek lancar dan lain-lain. Jadi wajar ketika sedang berkendara di jalan, kita menemukan gambar Soeharto di bak-bak truk dan spanduk-spanduk dengan kata, “Enak jamanku, tho”. (Baca juga: #DennySiregar: Hello PKS, Bukalah Topengmu)

Kata “enak” disini untuk menghapus stigma bahwa Soeharto adalah rezim yang begitu otoriter yang membungkam banyak mulut para penentangnya.

Kata “enak” dengan harga pangan dan barang murah juga untuk menghapus memori banyak orang bahwa banyaknya subsidi di era Soeharto, membuat kita sekarang sibuk membayar hutang dan akhirnya tunduk dibawah kaki IMF akibat hampir bangkrut karena KKN besar-besaran di hampir semua sektor.

Sesudah selesai melakukan langkah awal dengan “Enak zamanku, tho”, baru dimulai langkah kedua, yaitu isu bangkitnya PKI. (Baca juga: Kivlan Zen Masuk Perangkap Maut Denny Siregar dan Gus Dur)

Isu PKI sejak dulu selalu dimainkan oleh Soeharto. Dengan pasal-pasal karet yang sengaja dibuat, maka isu PKI ini sukses membungkam banyak suara. Bicara tentang PKI pada masa itu bisa hilang tak ketahuan dimana belantaranya.

Dan melalui ormas-ormas Islam, isu PKI dibangkitkan kembali hanya untuk mengingatkan kepada masyarakat bahwa Soeharto-lah pahlawan pemberantas PKI. Kita ditakut-takuti dengan isu itu dan bahkan seorang mantan Jenderal pernah mengatakan sudah ada 15 juta PKI di Indonesia ini.

Dan isu PKI paling cocok disandingkan dengan isu anti China. Seperti kita tahu juga, masalah SARA dengan menyudutkan etnis China adalah senjata utama rezim Soeharto untuk mempertahankan kedudukannya. (Baca juga: Denny Siregar Bongkar Siasat Culas Kelompok Pemakar NKRI)

Ingat tragedi 1998?

Kental sekali isu anti China di peristiwa itu, hanya untuk menunjukkan kepada masyarakat, “Benar kataku tho..”. Belum tragedi-tragedi lama bentrok antar etnis yang dipelihara, diredam dan dipakai lagi sebagai bagian dari sandiwara politik.

Dan ketika semua sudah siap, maka -Tarrrraaa- muncullah Tommy Soeharto yang diangkat sebagai reinkarnasi bapaknya. Terlalu gamblang benang merahnya. Tommy dipersiapkan sebagai Capres 2019, karena memenuhi beberapa syarat, yaitu muda, ganteng, kaya raya dan punya nama Soeharto di belakangnya. (Baca juga: Denny Siregar ‘Semprot’ Prabowo)

Siapakah dibalik semua ini?

Banyak yang punya kepentingan. Terutama ketika banyak juga yang ragu bahwa Prabowo bisa menang melawan Jokowi di 2019. PKS juga punya andil besar disini, karena sejak lama merekalah selalu mendesak supaya Soeharto dijadikan pahlawan nasional. Pilpres Indonesia kali ini akan berlangsung menarik, tapi juga keras. Untuk memenangkan Pilpres 2019, maka yang harus dilakukan adalah menguasai Jakarta dan Jawa Barat. (Baca juga: Tiru Erdogan, PKS Khianati KMP dan Prabowo)

Jawa Barat? Kenapa begitu penting?

Nanti kita bahas di tulisan selanjutnya. Sekarang seruput kopi dulu, biar mata segar dan bisa melihat dengan jelas “gambar besar”nya. Oke oce? (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca