Arab Saudi

3 Tahun Perang Yaman dan Terhinanya Riyadh

Kamis, 29 Maret 2018

RIYADH, ARRAHMAHNEWS.COM – Sekarang sudah tiga tahun penuh sejak dimulainya perang Yaman. Terlepas dari deklarasi muluk-muluk para pejabat koalisi, Riyadh dan sekutu-sekutunya justru terjebak dalam bencana militer dan kemanusiaan.

Ketika perang di Yaman dimulai pada akhir Maret 2015, para pemimpin dalam koalisi pimpinan Saudi berpikir itu akan berlangsung dalam beberapa minggu yang singkat. Percaya diri dalam kekuatan militernya, dan ingin memastikan perannya sebagai pemimpin Semenanjung Arab yang tak terbantahkan (sebagai upaya pelestarian dinasti al-Saud yang tak dapat diganggu gugat), monarki minyak itu malah akhirnya berputar di sekitar tanduknya sendiri, dengan perubahan besar terjadi pada tingkat tertinggi dalam hirarki dinasti.

Baca: Apa Dibalik Keteguhan Luar Biasa Bangsa Yaman?

Saat itu adalah saat perayaan bagi menteri pertahanan yang baru diangkat, Mohammed bin Salman (MBS), yang telah menikmati jabatan melejit seperti meteor dan sekarang bertanggung jawab atas operasi militer. MBS adalah wajah baru kerajaan yang bertekad untuk meningkatkan posisinya di seluruh dunia.

Terhinanya Riyadh

Bagaimanapun, intervensi itu tidak berjalan sesuai rencana.Begitulah, meskipun otoritas Saudi tertentu mengklaim semuanya akan berakhir dalam hitungan minggu, rekam jejak hari ini, setelah tiga tahun, menceritakan kisah yang sangat berbeda.

Di tempat pertama, secara militer, Houthi belum dikalahkan. Dan yang lebih buruk lagi, gerakan bersenjata itu secara teratur bebas membidikkan rudal balistik ke kerajaan Saudi, menebar teror di jantung ibu kota Saudi.

Baca: Tak Satupun dari 7 Patriot yang Ditembakkan Saudi Mencegat Rudal Yaman

Tidak hanya tidak dapat mengalahkan Houthi , kerajaan sekarang bahkan tidak mampu menjamin keamanannya sendiri

Penghinaan untuk Riyadh kembali diperjelas pada malam 25 Maret kemarin, ketika sejumlah rudal Houthi menyebabkan kepanikan meluas di beberapa bagian kerajaan. Dalam “perayaan” ulang tahun ketiga perang ini,  Houthi meluncurkan operasi berskala besar untuk membuktikan kemampuannya yang meningkat untuk melakukan pembalasan, dan ini terjadi meskipun setelah kampanye “pemboman karpet” dari pasukan udara Saudi-UEA selama 36 bulan.

Bagi Riyadh, itu adalah rasa malu yang mengerikan. Tidak hanya Houthi yang baik-baik saja, kerajaan sekarang bahkan tidak mampu menjamin keamanannya sendiri. Meskipun ratusan miliar dolar telah disuntikkan untuk membeli teknologi militer ultra-canggih, banyak warga Saudi mempertanyakan kredibilitas kekuatan yang menyatakan kemenangan sejak awal tetapi tampaknya tidak mampu memberantas “pemberontakan”. Padahal blokade total telah dikenakan atas Yaman. Hal ini semakin membuat monarki minyak ini menjadi bahan tertawaan di mata dunia.

Diambil dari tulisan Nabil Ennasri dalam Middle East Eye yang diterbitkan pada Rabu (28/03). Nabil Ennasri adalah seorang dokter dalam ilmu politik dan direktur Observatoire du Qatar. Dia adalah penulis L’énigme du Qatar (Armand Colin). (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca