arrahmahnews

Kupas Tuntas Hubungan Teroris dengan IHH dan IHR Milik Bachtiar Nasir

IHH-IHR dan Teroris

Arrahmahnews.com, Jakarta – Alhamdulillah! Sekecil apapun keburukan yang dibungkus dan dihiasi dengan berbagai ‘kebaikan’ pasti akan tercium juga bau busuk darinya, karena dengan begitu Allah akan membuka pintu petunjuk kepada orang-orang yang tertipu dan termakan propaganda mereka. Kita akan kupas tuntas hubungan antara IHH dengan teroris serta bantuan IHR milik Bachtiar Nasir.

Baca juga: Kerjasama IHR dengan IHH Pemasok Senjata Teroris di Suriah Berkedok Misi Kemanusiaan

Demikian juga dengan petunjuk yang satu ini. Untuk pertama kalinya NGO-NGO yang berkedok menggalang dana untuk membantu rakyat Aleppo, terbongkar lewat sebuah video yang memperlihatkan dengan jelas bahwa bantuan yang disalurkan lewat IHR berada di gudang-gudang teroris di Aleppo. Semoga ini menjadi preseden baik bahwa masyarakat muslim Indonesia yang selama ini dibodohi dengan berbagai kepalsuan, sadar bahwa sumbangan-sumbangan yang selama ini mereka salurkan digunakan untuk mendukung terorisme di Suriah, dan tidak lagi menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada mereka yang punya hubungan erat dengan teroris di Suriah.

aleppo-ihr2

Sebagian orang mungkin masih meragukan video tersebut, dan bisa saja menganggapnya bahwa bantuan yang disalurkan oleh IHR dirampas teroris bukan sengaja disalurkan. Dengan demikian, maka butuh investigasi mendalam untuk membuktikan bahwa batuan itu benar-benar diberikan dengan sengaja kepada kelompok-kelompok teroris di Suriah.

Sekarang, kami mencoba membuktikan bahwa bantuan yang dikumpulkan dari sumbangan muslim Indonesia, yang disalurkan melalui İnsan Hak ve Hürriyetleri İnsani Yardım Vakfı atau dikenal dengan nama IHH, sebenarnya tidak pernah sampai ke tangan rakyat Suriah. Artinya IHH bisa menjadi kunci untuk menelusuri arus bantuan tersebut, dengan menelanjangi orang-orang yang berkerja di IHH, apakah memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok teroris atau tidak?

Baca juga: IHR Salurkan Bantuan Muslim Indonesia ke Teroris Suriah : Video

Kembali, pada 26 Desember, IHR dalam press releasenya mengeluarkan pernyataan sikap dan menegaskan bahwa bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Suriah kami lakukan dengan bekerjasama dengan lembaga kemanusiaan yang sangat kredibel di Turki, yakni İnsan Hak ve Hürriyetleri İnsani Yardım Vakfı atau dikenal dengan nama IHH.

Benar IHH memiliki kiprah yang pernah mengguncang dunia, saat menjadi inisiator konvoi kemanusiaan Freedom Flotilla menuju Gaza, Palestina, yang diikuti lembaga dan aktivis kemanusiaan dunia. Namun, apakah prestasi ini akan menjadikannya lembaga kemanusiaan yang kredibel sepanjang masa? Tentu tidak, karena setiap perbuatan baik belum tentu memiliki tujuan yang baik dan setiap kebaikan tidak mematenkan pelakunya baik sepanjang masa.

Baca juga: Polisi Akan Selidiki Dugaan Bantuan Dana Ketua GNPF MUI ke Suriah

Menelanjangi IHH

Mari kita mulai dari Mavi Marmara. Mavi Marmara adalah armada kemanusiaan untuk memberi bantuan pada penduduk Gaza, Palestina. Kapal ini diisi oleh berbagai aktivis kemanusiaan dari berbagai negara. Namun, iring-iringan yang terdiri dari enam kapal ini diserbu pasukan komando Israel sebelum sampai di Gaza, pada 31 Mei 2010.

Pada, 3 Februari 2012, Situs Empirestrikesblack mengeluarkan laporan bahwa serangan pasukan Israel ke konvoi kemanusiaan Freedom Flotilla adalah operasi lama yang telah direncanakan dan dilakukan dengan kerjasama penuh pemerintah Turki. Tujuan dari operasi palsu itu adalah bagian dari perang yang sedang berlangsung di Suriah.

abdelhakim-belhadj

Abdelhakim Belhaj aset berharga NATO dan jagal dari Tripoli

Masih dalam laporan Empirestrikesblack, pada 17 Desember 2011, seorang jurnalis Spanyol Daniel Iriarte mengungkapkan sejumlah fakta kunci.

Pertama, tiga orang otak konvoi kemanusiaan Freedom Flotilla asal Libya terhubung dengan Abdelhakim Belhaj (aset berharga NATO dan jagal dari Tripoli). Belhaj pernah dikaitkan dengan serangan bendera palsu di Madrid pada 11 Maret 2004, untuk menjatuhkan mantan Perdana Menteri Spanyol Jose Maria Aznar, yang kemudian menyingkirkan Aznar dari tampuk kekuasaan.

Mahdi Harati

Kedua, hubungan Belhaj dengan NATO tidak bisa diabaikan. Ia telah menjadi footssoldier NATO, yang menghubungkan Barat dengan negara-negara Teluk Persia GCC dan Israel, untuk menjalankan misi di Libya dan Suriah. Saat bertemu dengan Iriarte di Libya, Belhaj bersama Mahdi al-Harati (komandan brigade Tripoli memainkan peran kunci dalam mengkudeta Gaddafi) yang ditugaskan untuk memimpin Dewan Militer Tripoli, nampaknya tidak menyembunyikan identitas mereka dengan mengungkapkan bahwa Dewan Militer Tripoli adalah kekuatan proxy NATO, yang bertugas mempersatukan tentara bayaran yang berperang bersama NATO di Libya, yang pada dasarnya melakukan pekerjaan kotor “penjajah”.

Dalam pengakuannya al-Harati mengatakan kepada Iriarte bahwa ia “terluka saat serangan di Mavi Marmara, dan menghabiskan sembilan hari di penjara Tel Aviv”. Sementara, Christof Lehmann editor NSNBC mengungkapkan kepada penulis bahwa sumber Palestina yang terhubung dengannya memberitahukan bahwa selain al-Harati, aset berharga NATO Abdelhakim Belhaj sendiri juga berada di kapal Mavi Marmara pada malam naas itu.

Pembaca seharusnya tidak terkejut dengan Mahdi al-Harati, yang telah bebas perawatan dan tinggal dengan paspor Irlandia dan ratusan ribu pound dari kas CIA. Setelah semua itu, al-Harati yang melayani agenda Barat-Israel, kembali ke Libya dari Irlandia pada awal kontrarevolusi pada bulan Februari, untuk memimpin pasukan pemberontak blok NATO. Lalu apa yang dilakukan dua aset intelijen Barat, Mahdi al-Harati dan Belhaj di kapal Mavi Marmara? Sebuah kapal yang berlayar ke Gaza, yang ingin menembus blokade Israel sebagai aksi solidaritas kemanusiaan dari seluruh dunia.

Jejak Mahdi Al-Harati

Pembantaian Mavi Marmara adalah penipuan besar yang diatur oleh Turki dan Israel dalam rangka memfasilitasi penghapusan tokoh tertentu di Turki, yang gencar menentang perang Erdogan di Suriah. Kehadiran aset NATO, Belhaj dan al-Harati di kapal Mavi Marmara dimaksudkan untuk memfasilitasi pembunuhan terhadap tokoh tersebut.

Laporan dari misi pencari fakta dari Kantor Komisi Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) atas serangan Israel pada konvoi kemanusiaan Freedom Flotilla, pada September 2010, menemukan fakta-fakta bahwa enam korban yang tewas dalam serangan itu, dibunuh dengan  ‘gaya eksekusi’ oleh pasukan Israel. Laporan itu menyebutkan bahwa tidak hanya Furkan Dogan yang dieksekusi, tapi lima korban lainnya juga dilumpuhkan dalam ‘beberapa waktu’, sebelum akhirnya ditembak di kepala dari jarak dekat.

Metode eksekusi ini digunakan oleh koperasi Israel yang menunjukkan bahwa mereka berada di bawah perintah untuk membunuh penumpang tertentu di kapal tersebut. Ide ini sangat dikuatkan oleh laporan bahwa tentara IDF membawa daftar yang dilengkapi dengan foto sasaran pembunuhan ketika mereka naik ke atas kapal.

Tujuan strategis kunci lain dari operasi ini adalah untuk menggalang dukungan masyarakat Turki kepada Erdogan, yang segera mengambil sikap agresif terhadap Israel. Dukungan publik ini, dimaksudkan untuk disalurkan ke kampanye Turki terhadap Suriah.

Christof Lehmann menggambarkan pembantaian aktivis kemanusiaan di Mavi Marmara, sebagai “bendera palsu yang paling menipu dalam sejarah kontemporer”. Pada saat Hamas – faksi utama perlawanan Palestina mulai menyesuaikan diri dengan Qatar dan Arab Saudi (yang terbukti menjadi arsitek perang di Libya & Suriah), ini tampaknya menarik, dan layak dipertimbangkan. Setahun setelah pembantaian armada Mavi Marmara, hubungan ekonomi dan militer antara Turki dan entitas Zionis dibayarkan dengan mitos bahwa kedua negara telah memutuskan hubungan mereka.

Hurriyet Daily News dan New York Times -melukiskan gambaran yang menarik mengenai hubungan militer dan ekonomi kedua negara yang sebenarnya tetap berlanjut, meskipun dipermukaan seakan-akan terlihat putus hubungan bilateral dengan pengusiran Dubes Tel Aviv untuk Ankara. Menashe Carmon, seorang pengusaha Israel yang dibesarkan di Istanbul mengatakan kepada New York Times “Tidak ada perusahaan Israel yang meninggalkan Turki,” dan “Ini adalah bisnis seperti biasa, investasi pertumbuhan tetap berlanjut.”

Laporan NYT juga mengklaim bahwa, menurut para pejabat Turki, kerjasama yang erat antara militer Israel dan Turki masih terus di belakang layar setelah pertumpahan darah armada Mavi Marmara. Beberapa minggu setelah serangan armada, delegasi militer Turki tiba di Israel untuk mempelajari cara mengoperasikan pesawat tanpa awak yang sering digunakan oleh Israel untuk memburu militan Palestina di Jalur Gaza.

Setidaknya, kesepakatan untuk drone senilai $ 190.000.000 tidak dibatalkan, bahkan sebagian instruktur Israel berada di Turki setelah serangan itu.Doron Abrahami, staf Konsulat Israel di Istanbul mengungkapkan bahwa penelitian dan pengembangan kolaborasi antara Israel dan Turki sedang ditugaskan hanya beberapa minggu setelah serangan terhadap Mavi Marmara.

Mahdi Al-Harati dan Pemberontak Suriah

Mahdi al Harati dengan bantuan Bernard Henri Levy berhasil menggulingkan Kaddhafi. Orang ini adalah pembunuh bayaran dan sekarang terlibat dalam pertempuran sengit di Suriah, yang tergabung dengan Free Syirian Army (FSA). Orang ini disewa oleh CIA, ia berada di Freedom Flotilla sebagai aktivis perdamaian. Anda berbicara tentang perdamaian! Orang ini adalah agen CIA berpakaian Aktivis Perdamaian. Ini adalah penipuan dan manipulasi yang diprogram dan dilatih untuk menghancurkan negara-negara Timur Tengah yang menentang Zionis Israel.

mahdi_harati_bersama_belhaj_dan_poul_conroy

Al-Harati (tengah); Paul Conroy, diduga dari MI6, (kiri); Belhaj, terkait dengan al-Qaeda, (kanan).

Mahdi Al-Harati yang didukung NATO di Libya, kemudian ke Suriah bergabung dengan kelompok bersenjata yang memberontak melawan pemerintah.

Mahdi Harati bersama brigade teroris di Suriah

Mahdi Harati bersama brigade teroris di Suriah

Mahdi Harati

Mahdi Al-Harati, sekarang menjadi Direktur İnsan Hak ve Hürriyetleri İnsani Yardım Vakfı atau dikenal dengan nama IHH. IHH adalah LSM terbesar di Turki. IHH juga mengelola puluhan kamp pengungsi Suriah lengkap dengan shelternya, selain membangun perkampungan yatim terbesar di dunia dengan fasilitas lengkap seperti rumah, sekolah, fasilitas olahraga, juga taman rekreasi. IHH, wajah ideal lembaga kemanusiaan kelas dunia dengan kemampuan menggerakkan filantropi multisegmen, menyasar seluruh stakeholders dunia. Namun berbagai laporan menunjukkan bahwa IHH memiliki “kerja sampingan”, yaitu menyuplai senjata kepada “mujahidin”.

Insani Yardim Vakfi

Pada tanggal 3 Januari 2014, harian Turki Hurriyet melaporkan bahwa polisi Turki memergoki truk-truk bantuan atas nama IHH ternyata juga berisi amunisi dan senjata yang akan dikirim kepada pasukan-pasukan “jihad” Suriah. Truk itu bahkan didampingi oleh pejabat dari Organisasi Intelijen Nasional (MIT) Turki.

Beberapa hari sebelumnya, pemerintah Suriah secara resmi mengirim surat protes kepada PBB atas tindakan Turki yang secara sistematis menyuplai senjata kepada para militan yang ingin menggulingkan pemerintah Suriah. Menurut Dubes Suriah untuk PBB, “Mereka (para teroris) dilatih di perbatasan Turki-Suriah, dan setelah itu otoritas Turki membantu mereka untuk masuk ke wilayah Suriah.”Anehnya, Erdogan langsung menghalang-halangi media massa mengekspos masalah ini.

Pada tanggal 26 November 2014, dua wartawan dipenjara karena menulis mengenai kasus ini, yaitu Pemred Cumhuriyet Can Dündar dan pimpinan biro harian Ankara, Erdem Gül. Bahkan Erdogan langsung yang membuat tuntutan atas kedua jurnalis itu, dengan alasan, “Kisah [yang ditulis] memuat beberapa rekaman dan informasi yang tidak faktual.” Erdogan juga mengatakan, “Orang yang menulis tentang hal ini akan membayar ‘harga’ yang mahal.”

Baca juga: Erdogan Mengancam Wartawan Penyebar Video Truk Pembawa Amunisi ke Suriah

Twitter dan Facebook segera diblokir setelah merebaknya kasus ini. Dewan Tinggi Radio dan Televisi pun menyampaikan surat perintah dari pengadilan kepada semua media massa cetak, online, dan televisi yang berisi larangan memberitakan kasus ini. Website Hurriyet yang melaporkan proses pengadilan atas kasus ini juga disuruh menghapus semua kontennya.

Menurut  Ahmet Sait Yayla, mantan pejabat polisi Turki yang terlibat langsung dalam penyelidikan kasus ini, “Pemimpin IHH saaat itu ditangkap sebagai hasil dari investigasi ini pada saat itu, karena bukti yang kami peroleh menunjukkan bahwa kelompok ini banyak memberikan dukungan untuk ISIS. IHH telah menyediakan senjata dan amunisi untuk banyak kelompok jihad di Suriah, bukan hanya ISIS.”

Aljazeera melaporkan, polisi anti-teror Turki menggerebek beberapa kantor IHH di perbatasan Turki-Suriah dan menangkap beberapa orang dengan tuduhan terkait dengan Al Qaida. Tentu saja, IHH menolak lembaganya dikaitkan dengan penyelundupan senjata itu. Sekjen IHH Yasar Kutluay menyatakan, “Ini adalah kampanye kotor yang didukung oleh orang di dalam dan di luar Turki… Orang-orang ingin mencitrakan Turki sebagai pendukung terorisme.”

Pengiriman senjata untuk kelompok teroris di Suriah itu menurut laporan YournewsWire pada 22 Februari 2016 berlangsung dengan memanfaatkan fasilitas dari yayasan-yayasan kemanusiaan yang berbasis di Turki, Insan Hak ve Hürriyetleri ve İnsani Yardım Vakfı (IHH atau Yayasan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan serta Bantuan Kemanusiaan), İmkander dan Öncü Nesil Insani Yardim Derneği.

Pasokan senjata yang dikirim melalui fasilitas yayasan-yayasan kemanusian termasuk IHH itu masih menurut laporan YourNewsWire terdiri dari berbagai bentuk senjata, peralatan militer dan amunisi serta bahan makanan dan obat-obatan yang datang dari luar negeri melalui pelabuhan Turki İskenderun. Peralatan dan perlengkapan militer serta bantuan lainnya, diangkut dari sana melalui Provinsi Hatay (Öncüpinar perbatasan) ke Aleppo dan Idlib di Suriah menggunakan kendaraan milik IHH, İmkander dan Öncü Nesil dengan pendaftaran Turki berikut: 33 SU 317, 06 DY 7807, 33 SU 540, 33 SU 960, 42 GL 074 dan 31 R 5487. Sampai di Suriah, senjata dan amunisi, serta bahan makanan itu didistribusikan ke kelompok pemberontak dan unit Jabhat al-Nusra.

Menurut The Times, seorang komandan Tentara Bebas Suriah mengatakan bahwa perahu yang membawa senjata ke Suriah pada September 2012, adalah “NGO IHH, yang memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin”. Samar Srewel, seorang aktivis FSA yang telah membantu untuk mengatur kiriman, mengatakan kepada The Times: “bahwa kedua belah pihak, IHH dan ikhwanul Muslimin di Turki, bekerja sama dalam pengiriman kargo senjata. Ini adalah apa yang mereka lakukan. Mereka membeli pengaruh dengan uang dan senjata mereka.”

Pada tanggal 18 Maret 2016, Rusia Duta Besar PBB Vitaly Churkin mengirim surat kepada Dewan Keamanan PBB mengatakan bahwa tiga organisasi kemanusiaan Turki (LSM) mengirim senjata dan perlengkapan untuk ekstremis di Suriah atas nama badan intelijen MIT Turki, selama Perang Saudara Suriah. Ketiga LSM itu dalah Besar Foundation, the Iyilikder Foundation and the Foundation for Human Rights and Freedoms (IHH).

Turkish gendarmeri serta analis Turki telah berulang kali menekankan bahwa markas IHH disusupi dan didanai oleh MIT dinas intelijen Turki. Turki secara resmi mengakui dukungannya pada “pemberontak oposisi” di Suriah, di antaranya brigade Takfiri Jabhat Al-Nusra, dan intelijen MIT memainkan peran sentral.

Truk milik IHH telah berulang kali terlibat dalam mengangkut senjata dari Turki ke tentara bayaran yang didukung Turki, termasuk Jabhat al-nusrah di Suriah, di bawah “bendera kemanusiaan”. Mengangkut senjata dengan kendaraan bantuan kemanusiaan adalah kejahatan perang serius dan melanggar Konvensi Jenewa.

Sementara IHH dan MIT terlibat dalam penyelundupan senjata ke tentara bayaran di Suriah, yang merupakan kejahatan perang.

Kesimpulannya, Yayasan Hak Asasi Manusia, Kebebasan dan Bantuan Kemanusiaan, IHH, secara aktif terlibat dalam brigade tentara bayaran di Suriah yang bekerja sama dengan MIT Turki. (ARN)


(1) ‘Islamistas Libios se desplazan a Siria para ayudar a la revolucion’ – ABC.es
(2) ‘Free Syrian Army commanded by Military Governor of Tripoli’ by Thierry Meyssan
(3) ‘GLADIO, Bin Laden to Erdogan, Belhadj and Hamas: Mossad´s and NATO´s Dirty Underwear 2012’ by Christof Lehmann
(4) ‘A CIA commander for the Libyan rebels’ by Patrick Martin
(5) ‘UN Fact-Finding Mission Says Israelis “Executed” US Citizen Furkan Dogan’ by Gareth Porter
(6) ‘Turkish Sources – Israeli Advance Target Assassination List Found on Flotilla’ – Redacted News
(7) ‘Hamas and al-Jamaa al-Islamiya: The New MB Look’ – Al-Akhbar English
(8) ‘Did Israel try to assassinate Sheikh Raed Salah on Mavi Marmara but kill a Turkish engineer instead?’ by Ali Abunimah
(9) ‘Turkey and Israel Do a Brisk Business’ by Dan Bilefsky
(10) ‘Business as usual between Turkey, Israel’ – Hürriyet Daily News, 30 May, 2011

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca