Amerika

Pendiri Twitter Minta Maaf karena Bantu Trump Menangkan Pemilu

Minggu, 21 Mei 2017

ARRAHMAHNEWS.COM, NEW YORK – Pendiri Twitter secara terbuka meminta maaf atas peran yang mungkin dimainkan platform media sosial tersebut dalam pemilihan presiden AS yang berakhir dengan kemenangan Donald Trump.

Dalam sebuah wawancara dengan the New York Times, Evan Williams ditanya tentang ucapan yang dibuat oleh Trump pada bulan Maret saat dia berkata: “Saya rasa mungkin saya tidak berada di sini (jadi presiden) jika bukan karena Twitter.” (Baca juga:Penuh Kemunafikan, Lawatan Trump ke Saudi Banjir Kritik)

“Ini hal yang sangat buruk, peran Twitter dalam hal itu,” ungkap Williams mengakui. “Jika memang benar dia tidak akan menjadi Presiden jika bukan karena Twitter, maka ya, saya minta maaf.”

Trump memiliki 30 juta pengikut di akun pribadinya dan dikenal sangat aktif mencuitkan berbagai status jauh sebelum dia mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai presiden.

Sejak memasuki Gedung Putih dan mengambil alih kendali Twitter @POTUS (Presiden Amerika Serikat), dia memiliki 17 juta pengikut. (Baca juga:Sering Curhat di Twitter, Donald Trump Menuai Kritik)

Platform ini digunakan secara ekstensif oleh para pendukungnya selama masa kepresidenan untuk mengadvokasi dia dan mencela Hilary Clinton – meskipun hal itu juga dimanfaatkan dengan baik oleh para pengkritiknya.

Presiden AS itu mengatakan kepada Tucker Carlson dari Fox News, “Saya pikir mungkin saya tidak akan berada di sini jika bukan karena Twitter, karena saya mendapatkan pemberitaan palsu seperti itu, sebuah pemberitaan yang tidak jujur. Maksud saya, jika Anda melihat – bukan termasuk Fox, karena menurut saya Fox cukup adil, tapi jika Anda melihat CNN dan jika Anda melihat jaringan lain. ” (Baca juga:Der Spiegel: Trump Bahaya Besar Bagi Dunia)

Gaya cuitan Trump yang produktif dan sering kali agresif telah mendapat perhatian sejak ia mulai menjabat, dengan laporan baru-baru ini bahwa penasihatnya mulai mendesaknya agar menurunkan agresifitas pada beberapa posnya.

The Wall Street Journal melaporkan bahwa anggota timnya memperingatkan Trump bahwa tweetnya berisiko “memojokkannya” baik secara politik maupun hukum.

Dalam wawancara dengan New York Times, Williams mengakui bahwa Twitter memiliki kelemahan, termasuk daya tarik bagi ekstremis dan mereka yang berusaha untuk melakukan pelecehan dan Menghina orang lain.

“Saya pikir suatu saat semua orang bisa berbicara dengan bebas dan bertukar informasi dan gagasan, dunia secara otomatis akan menjadi langkah yang lebih baik. Aku salah tentang itu.”

Mr Williams telah mengundurkan diri dari perannya sebagai CEO Twitter dan sedang mengerjakan platform blogging baru, yang dikenal sebagai Medium. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca