arrahmahnews

Propaganda Anti Islam dan Komunis

Senin, 16 Oktober 2017

ARRAHMAHNEWS.COM, JAKARTA – Proses demokratisasi di negeri ini terus mengalami ujian yang begitu berat. Setelah isu SARA terus digulirkan oleh pihak-pihak yang tak senang dengan pemerintahan Jokowi-JK, maka pada saat ini isu-isu kebencian semakin melebar luas. Isu kafir dan komunis terus dikembangkan guna Jokowi tak terpilih kembali menjadi Presiden pada tahun 2019 nanti.

Sejak pemilihan gubernur DKI Jakarta di tahun 2011 Jokowi menjadi sasaran dari isu-isu kebencian. Berbagai tudingan ditujukan kepadanya, entah agamanya Kristen, anak komunis dan masih banyak isu-isu kebencian lainnya yang disebar luaskan oleh para lawan politiknya. Namun, Jokowi berhasil melewati itu semua dengan terpilihnya dirinya sebagai Gubernur DKI Jakarta maupun menjadi Presiden di tahun 2014 yang lalu. Sampai dengan saat ini, menjelang Pilpres di tahun 2019 nanti Jokowi masih menjadi sasaran dari isu-isu kebencian yang berbau SARA.

BacaUpaya CIA untuk Melemahkan Jokowi (Part 1).

Upaya-upaya agar informasi-informasi mengenai hal-hal yang berbau negatif tentang Jokowi merupakan bagian dari propaganda. Pemerintahan Jokowi selalu saja diterpa propaganda-propaganda yang mengarah kepada kebencian. Citra pemerintahan Jokowi terus digambarkan sebagai pemerintahan yang anti terhadap umat Islam di Indonesia. Isu ini terus dikembangkan dan digulirkan oleh lawan-lawan politik pemerintah sejak saat Jokowi menjabat sebagai presiden. Dan makin memuncak ketika mantan gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama diterpa kasus penodaan agama. Jokowi dianggap sengaja melindungi Ahok. Kasus tersebut dijadikan momen yang kuat untuk terus mempropagandakan Jokowi sebagai pemimpim yang anti terhadap umat Muslim.

Jokowi juga kerap kali diidentikan sebagai pemimpin yang melindungi kelompok yang berpaham komunis. Sudah sejak masa kampanye pada pemilihan presiden tahun 2014 dirinya kerap kali diisukan sebagai sosok yang berasal dari keluarga yang berpaham komunis. Raut wajahnya bahkan dijadikan alasan untuk menuduh Jokowi sebagai keturunan Tiongkok. Kedua hal ini dijadikan senjata utama untuk mempropagandakan sosok Jokowi yang komunis dan berpihak kepada kepentingan pemerintah Cina di Indonesia.

BacaUpaya CIA untuk Melemahkan Jokowi (Part 2)

Sadar akan propaganda yang dilakukan tak masuk dalam media arus utama, para kelompok yang kontra dengan Jokowi membuat portal-portal berita sendiri untuk menyebarluaskan isu-isu yang sedang dipropagandakan. Hal ini dapat dilihat dari begitu banyaknya portal media online yang hampir setiap harinya secara terus menerus memproduksi informasi-informasi yang menyudutkan pemerintahan Jokowi dengan isu-isu anti Islam dan komunis.

Pertanyaannya sejauh mana propaganda yang ditujukan kepada Jokowi mempengaruhi pikiran masyarakat Indonesia dalam menentukan sikap terhadap kepemimpinan Jokowi? Jokowi masih memiliki tingkat kepuasan dan kepercayaan publik yang cukup tinggi. Dari survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) yang dilakukan pada 3-10 September tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi mencapai 68%. Tak berbeda jauh dari hasil survei SMRC, hasil dari survei Indikator Politik Indonesia tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi mencapai angka 68,3%. Begitu juga dengan hasil survei yang dilakukan oleh Centre for Strategic and International Studies yang menyatakan bahwa kepuasan publik pada tahun ini terhadap pemerintahan Jokowi mencapai 68,3%.

Sosok Jokowi juga masih terus mendapatkan kepercayaan dari sebagian besar masyarakat Indonesia yang berpikiran maju dan terbuka. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil survei yang belum lama dilakukan oleh lembaga survei Median. Jokowi menduduki posisi pertama dengan tingkat elektabilitas sebesar 36,2% di atas para kandidat calon presiden lainnya. Dari hasil survei yang dilakukan oleh SMRC, tingkat keterpilihan Jokowi menjadi presiden menginjak angka 38,9% suara, unggul jauh dari calon presiden lainnya.

BacaIsu PKI Propaganda Murahan yang Dipakai Amien Rais Untuk Jatuhkan Jokowi.

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia merasa puas terhadap kepemimpinan Jokowi selama ini. Dan mereka masih berharap agar sosok Joko Widodo kembali terpilih pada pemilihan presiden tahun 2019. Isu anti Islam dan komunis tidak mempengaruhi pola pikir masyarakat Indonesia. [ARN]

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca