Headline News

Mengenang Saleh Al-Sammad, Presiden Yaman yang Gugur dalam Serangan Koalisi Saudi

Yaman – Meski tidak terkenal di luar Yaman, Saleh Ali Al-Sammad telah memberi warisan luar biasa dalam beberapa tahun yang singkat di masa pemerintahannya sebagai Presiden pemerintah yang dipimpin Houthi Ansarullah di Yaman.

Bagaimanapun, memahami kehidupannya dan warisan kesyahidan yang ditinggalkannya bisa menjadi kunci untuk memahami mengapa perdamaian masih sulit dicapai di Yaman dan mengapa upaya PBB untuk solusi politik hanya berbuah kegagalan total.

Dari awal yang sederhana

Al-Smmad adalah seseorang yang rendah hati dan sederhana sejak awal, ia berasal dari sebuah desa kecil di provinsi Saada di Yaman utara, yang juga merupakan rumah dari gerakan Houthi Ansarullah.

 

Sebagai ayah dari enam anak, ia dididik dengan baik dalam pelafalan Al-Quran dan menjadi terkenal karena kesalehan dan keimanannya dalam Islam.

Baca: Presiden Al-Sammad: Rakyat Yaman adalah Orang-orang Tak Terkalahkan

Sammad belajar teologi Islam di Saada dan merupakan murid dari Sayed Badreddin al-Houthi, yang diyakini telah memulai pemberontakan Houthi Ansarullah tahun 2004.

Sammad dengan cepat memantapkan dirinya sebagai pejuang yang tak kenal takut dan bintang politik gerakan yang melejit pesat, meski selama perjuangan 2007 harus kehilangan dua saudara lelakinya.

Denikianlah, dalam terobosan yang nyata dari tradisi historis Zaidi Yaman, Al-Sammad naik ke kepemimpinan politik meski bukan dari kalangan Hasyimi, keturunan keluarga Nabi Muhammad.

Al-Sammad kemudian memimpin bangsanya yang bergejolak setelah revolusi Yaman tahun 2014-2015, selama tahun-tahun.

Pemilihan sebagai Presiden

Pada 15 Agustus 2016, Al-Samad terpilih sebagai Presiden di ibu kota Sanaa oleh Dewan Politik Tertinggi (SPC).

Dewan itu dibentuk setelah revolusi yang dipimpin Ansharullah memaksa rezim Abdrabbuh Mansur Hadi dukungan Saudi mundur dari kekuasaan di tengah klaim-klaim tidak sah.

SPC adalah koalisi kelompok politik dan suku dari berbagai sekte dan ideologi, yang semuanya mengutuk agresi pimpinan Saudi.

Al-Sammad juga diakui oleh Parlemen Sana’a setelah menyampaikan sumpah kepresidenannya pada 16 Agustus 2016, yang memberinya legitimasi hukum setempat.

Baca: Demonstrasi Massal Kutuk Pembunuhan Presiden Samad Terus Berlangsung di Yaman

Demonstrasi besar-besaran mendukung pemerintahan yang baru didirikan berlangsung di Sana’a pada 20 Agustus 2016 dan setiap tahun pada tanggal yang sama pada 2017 dan 2018.

Selama dua tahun berikutnya, Al-Sammad ditugaskan memimpin negara ditengah agresi koalisi Saudi yang menghancurkan.

Membangun warisan

Dilaporkan sebagai “tokoh perdamaian” oleh utusan khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, Al-Sammad memenangkan kekaguman jutaan orang di Yaman.

Sebagai sorang orator yang bersemangat, Al-Sammad akan membuat kagum semua yang mendengarkan pidatonya, menciptakan semacam gegap gempita.

Selama demonstrasi, Al-Samad sering berbicara kepada rakyat Yaman secara langsung, mengungkapkan kesetiaan, kecintaan, keteguhan, dedikasi dan ketulusan kepada mereka.

Baca: Pemakaman Presiden Samad Pesan Terkuat akan Keteguhan Bangsa Yaman

Dalam sebuah wawancara dengan situs web Ansarullah, Ahmed Hamed, kepala Kantor Kepresidenan, mengatakan bahwa syahid Al-Sammad mewakili pendidikan nilai, moral, dan kualitas yang baik. Ia juga berhasil merangkul semua orang tanpa kecuali.

“Ketika kamu duduk bersamanya, kamu menyaksikan dirimu sendiri di depan seorang saudara terkasih yang mencintaimu dan menghormatimu. Dia sangat rendah hati sampai-sampai kamu tidak merasa berada di hadapan seorang presiden.”

“Ia tidak memiliki kebencian terhadap saudara-saudaranya, adil terhadap lawan-lawannya, menerima kritik dan mengakui kesalahan jika memang dilakukan, dan selalu merasakan sejauh mana tanggung jawab yang dipikulnya serta merasa takut akan melalaikannya.”

Baca: Peringati Kesyahidan Saleh Al-Samad, Yaman Luncurkan Rudal Balistik Terbaru

Sesuai dengan semangat revolusi, Al-Sammad terkenal mengatakan: “Jika Saleh Al-Samad mati syahid, keesokan harinya anak-anaknya harus kembali ke desa mereka karena mereka tidak akan memiliki tempat untuk tidur di sini (di Sanaa) , dan ini adalah nikmat Allah yang besar.”

Ini adalah sebuah pesan menyegarkan bagi bangsa Yaman yang telah berabad-abad diperintah oleh dinasti kerajaan atau kediktatoran militer.

Pembunuhan itu

Dan kemudian pada 19 April 2018, sang Presiden Yaman, Saleh Al-Sammad, gugur dalam serangan udara koalisi Saudi yang menargetkan kendaraannya di dekat kota pelabuhan Hodeidah yang diblokade.

Di antara kata-kata terakhir yang disampaikan dalam khotbah terakhirnya, Al Sammad mengatakan: “Kita adalah orang Yaman yang memiliki hak untuk menentukan nasib kita sendiri. Kita memilih pemimpin kita sendiri, bukan Raja Saudi atau kekuatan Imperialis lainnya”.

Pemimpin gerakan Yaman Houthi Ansarullah Abdul-Malik al-Houthi mengatakan bahwa kesyahidan al-Sammad akan memiliki “konsekuensi keras”, menambahkan: “Kejahatan ini tidak akan dibiarkan tanpa hukuman”.

Baca: Presiden Sammad: Tiada Hari Tanpa Serangan Rudal Balistik ke Arab Saudi

Hingga hari ini, rakyat Yaman menyimpan dendam pahit terhadap koalisi pimpinan Saudi, dan pemerintahan “hotel” Hadi yang mereka dukung.

Dendam itu dikarenakan dua hal, agresi yang berlangsung terhadap bangsa mereka, dan juga untuk tindakan ilegal terorisme negara, yaitu pembunuhan seorang pahlawan yang mereka cintai.

Sekarang, ketika laporan muncul bahwa Arab Saudi mati-matian mencari jalan keluar dari perang yang mahal terhadap Yaman, saya ingin mengingatkan kalian tentang ini.

Bagaimana mungkin, Saudi, AS, atau PBB mengharapkan rakyat Yaman mau menerima seorang Presiden “yang diakui secara internasional”, yang hidup mewah di hotel-hotel Riyadh, setelah ia secara terbuka merayakan pembunuhan seorang tokoh rakyat yang gugur syahid, Saleh Ali Al- Sammad? (ARN)

Diterjemahkan dari artikel Robert Carter, seorang jurnalis berbasis di London yang berspesialisasi dalam politik Inggris dan Timur Tengah dengan fokus pada Yaman, Irak, Palestina, dan komunitas Muslim Inggris. Robert juga bekerja sebagai staf penulis untuk Press TV di London.

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca