Yaman – Separatis Dukungan UEA membantah klaim kemenangan milisi dukungan Saudi (loyalis mantan presiden Yaman Abd Rabbuh Mansur Hadi) dalam perang kedua kubu yang semula bersekutu itu di Yaman Selatan.
Sebuah sumber dalam pemerintahan mantan presiden Hadi mengatakan bahwa militan dukungan Saudi berhasil merebut kota Ja’ar di provinsi selatan Abyan pada hari Minggu (07/06) menyusul bentrokan sengit dengan separatis Dewan Transisi Selatan (STC) dukungan UEA.
Baca Juga:
- Gagal Kuasai Libya dan Yaman Para Emir Emirat Bersitegang
- Curi Miliaran dari Donatur, Saudi Menari di atas Darah Bangsa Yaman
Sumber itu mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa Abdel-Rahman Shineini, seorang komandan senior gerilyawan STC, telah terluka dalam pertempuran itu.
Juru bicara STC, Mohammad al-Naqib, bagaimanapun, menolak laporan itu, mengatakan bahwa militan yang didukung UEA telah menolak “upaya infiltrasi” itu terhadap kota mereka.
“Dalam setengah jam, para penyusup dilenyapkan,” katanya dalam cuitan twitter.
Wilayah selatan Yaman telah menyaksikan bentrokan baru antara militan dukungan Saudi dan separatis STC sejak Dewan Transisi Selatan pada akhir April lalu mendeklarasikan keadaan darurat dan mengumumkan “pemerintahan mandiri” di wilayah selatan Yaman, termasuk kota pelabuhan Aden yang dijadikan ibukota sementara rezim Hadi.
Arab Saudi mengatakan bahwa deklarasi itu melanggar perjanjian yang diperantarai Riyadh yang disepakati loyalis Hadi dan STC November lalu untuk mengakhiri perebutan kekuasaan mereka di Yaman selatan.
Baca Juga:
- Program Bantuan PBB di Yaman Terancam Bangkrut
- PBB Khawatirkan Deklarasi Pemerintahan Separatis di Yaman Selatan
Pengumuman “pemerintahan sendiri” STC telah sangat memecah belah koalisi agresor pimpinan Arab Saudi yang telah melancarkan perang berdarah terhadap rakyat Yaman sejak 2015.
Arab Saudi dan sejumlah sekutu regionalnya melancarkan perang menghancurkan ke Yaman pada Maret 2015 untuk membawa Hadi kembali berkuasa dan menghancurkan gerakan Houthi Ansarullah.
Alih-alih tujuan mereka tercapai, Agresi Saudi ini justru menewaskan dan melukai ratusan ribu warga sipil, membawa kehancuran pada sebagian besar fasilitas publik, dan mengakibatkan jutaan warga Yaman menjadi pengungsi di dalam negeri mereka sendiri, memaksa PBB menyatakan bahwa negara miskin itu mengalami krisis kemanusiaan paling mengerikan di seluruh dunia. (ARN)