Arab Saudi, ARRAHMAHNEWS.COM – Twitter telah menangguhkan akun seorang pria Saudi yang mengaku sebagai kolonel di Direktorat Umum Keamanan Publik Kerajaan, beberapa hari setelah ia mengumumkan pembelotannya dan secara terbuka mengkritik House of Saud.
Kolonel Rabih Alenezi mengatakan dalam sebuah video yang diposting awal pekan ini bahwa ia meninggalkan jabatannya dikarenakan “pelanggaran berbahaya terhadap hak asasi manusia,” dan “kebijakan yang ceroboh dan ketidaksesuaian politik” putra mahkota Mohammed bin Salman (MbS).
BACA JUGA:
- Mujtahid: Saudi Bersiap Nobatkan MbS Jadi Raja
- The Economist: MBS Salah Satu Penguasa Paling Berbahaya di Dunia
Di Twitter, ia menyatakan keprihatinan atas tingkat penghilangan paksa di Arab Saudi, dengan mengatakan strategi Putra Mahkota untuk mendiversifikasi ekonomi Arab Saudi, yang dikenal sebagai Visi 2030, telah menjadi bencana.
Ia juga me-retweet sebuah posting tentang dua anggota muda suku Howeita, dimana ribuan diantaranya dilaporkan telah mengungsi tanpa kompensasi yang memadai atau perumahan alternatif, untuk memberi jalan bagi proyek Megacity 500 miliar dollar Bin Salman, yang disebut Neom Megacity.
Salah satu tweet terakhirnya sebelum akunnya diblokir adalah saat ia mempertanyakan di mana tubuh jurnalis pembangkang Saudi yang terbunuh Jamal Khashoggi.
BACA JUGA:
- Perwira Saudi Dibunuh Secara Misterius Ditengah Rumor Kematian Raja Salman dan Kudeta
- Apakah Kudeta Militer Sedang Berlangsung di Arab Saudi?
Pembelotan Alenezi yang dilakukan beberapa hari setelah Emad al-Moubayed, mantan Imam di Masjid Raja Abdulaziz di kota Dammam timur Arab Saudi, meninggalkan kerajaan, setelah di media sosial ia mengkritik reformasi baru-baru ini di industri hiburan.
Para aktivis yang sebelumnya bisa memposting kritik terhadap Arab Saudi dengan aman dan bebas secara online menemukan kesulitan yang semakin menantang dalam beberapa tahun terakhir, dengan pasukan siber kerajaan yang siap untuk menyerang kritik mereka, dan menyebarkan propaganda, atau lebih jauh disusul dengan penghilangan dan penangkapan paksa mereka yang berani berbicara. (ARN)
Sumber: PressTV
BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLENEWS
