arrahmahnews

Abdulmalik Houthi: Jaksa ICC Tak Adil, Pelabuhan AS di Gaza adalah Pangkalan Militer

Yaman, ARRAHMAHNEWS.COM Pemimpin Ansarallah Yaman, Abdulmalik Badr al-Din al-Houthi mengungkap dalam pidatonya kemarin, Kamis (23/05) bahwa pelabuhan terapung yang diklaim AS untuk menyalurkan bantuan sebenarnya adalah pangkalan militer, ia juga mengecam keputusan jaksa ICC yang menyamakan penjahat dengan korban. Sayed mengatakan bahwa agresi Israel terhadap Jalur Gaza terus berlanjut hanya untuk pembunuhan dan kehancuran sementara mereka tidak bisa mencapai satupun tujuan yang dinyatakan.

“Ada pengakuan Amerika dan Israel mengenai ketidakmungkinan mencapai tujuan agresi terhadap Gaza; yang masih melekat pada mereka hanyalah niat untuk membunuh,” katanya.

Sayyed Abdul Malik Badr al-Din, mengenai perkembangan terkini agresi Israel di Gaza dan perkembangan regional, mengatakan bahwa dengan segala kejahatan genosida yang jelas dilakukan oleh musuh Israel di Gaza, presiden Amerika masih kukuh menyangkal hal ini.

“Membunuh puluhan anak-anak dan perempuan, menghancurkan lingkungan pemukiman, dan menghancurkan blok-blok rumah tidak dianggap genosida dalam pandangan presiden Amerika, katanya, menambahkan, “Membunuh warga Palestina di jalanan, menargetkan pertemuan mereka, dan membuat ratusan ribu orang kelaparan tidak dianggap genosida oleh Biden. Menghancurkan sistem kesehatan, mencegah obat-obatan, membunuh pasien, mengubur banyak orang hidup-hidup, dan menghancurkan orang-orang cacat di bawah tank bukanlah genosida dalam pandangan Biden. Menurut pandangan Biden, mengusir ratusan ribu orang, mengejar mereka, membunuh mereka di tempat penampungan, dan menargetkan toko roti serta sumur air bukanlah kejahatan. Tidak mengherankan jika Biden tidak menganggap apa yang terjadi di Gaza sebagai genosida; Amerika adalah ahli kejahatan dan memiliki preseden dalam genosida massal.

Sayed Abdulmalik menegaskan bahwa Agresi Zionis di Gaza tidak akan mencapai tingkat kejahatan seperti ini tanpa dukungan dan perlindungan Amerika.

Ia juga mengungkap bahwa Pelabuhan terapung Amerika di Gaza adalah pangkalan militer, dan rencana Washington terbongkar ketika mereka mendatangkan kendaraan lapis baja dan sistem pertahanan udara.

BACA JUGA:

“Amerika ingin mengubah Gaza menjadi penjara dengan satu gerbang melintasi laut, diawasi oleh personel militer Amerika,” katanya.

“Melalui pelabuhan terapung, Amerika ingin mengendalikan bantuan kecil itu dan menggunakannya dengan cara yang menguntungkan mereka secara militer dan melayani Israel.”

Houthi juga menyoroti sikap Amerika yang mencoba berpura-pura bersikap masuk akal, seolah-olah mereka peduli dengan kehidupan warga sipil dengan mengumumkan penangguhan pengiriman senjata, sementara sikap ini justru menunjukkan keterlibatan AS terhadap genosida Gaza, karena penangguhan pengiriman senjata berarti sebelumnya Amerika memang melakukan pengiriman senjata yang kemudian digunakan Israel untuk Genosida.

Pengumuman Ben Gvir Eskalasi Berbahaya

Pimpinan Ansarallah mengatakan bahwa pengumuman Menteri Pertahanan “Israel” mengenai dimulainya kembali kegiatan pemukiman di Tepi Barat merupakan eskalasi berbahaya yang bertujuan untuk mengkonsolidasikan pendudukan.

Ia juga menegaskan bahwa, “penodaan halaman Masjid Al-Aqsa oleh penjahat Ben Gevir dan ancamannya merupakan eskalasi yang berbahaya dan tantangan bagi seluruh umat Islam.”

Sayed Abdulmalik kemudian mengomentari propaganda Zionis, yang bersama dengan beberapa media Arab berupaya menggambarkan bahwa perang yang terjadi hanya antara musuh dan Hamas. Menegaskan bahwa itu adalah kebohongan, namun seandainya ini hanya tentang Hamas, umat Islam tetap wajib menolongnya.

“Sekalipun masalah Israel hanya ada pada Hamas, Hamas adalah bagian dari komunitas Arab dan Muslim, dan merupakan tugas negara untuk mendukung mereka,” tegasnya.

Mengenai KTT Liga Arab baru-baru ini, Sayed Houthi mengatakan bahwa pernyataan dan kecaman terhadap kejahatan zionis tidak cukup. Diperlukan langkah-langkah praktis untuk menindak lanjutinya.

Sayed juga menekankan bahwa protes harus berlanjut di universitas-universitas Amerika dan Eropa serta negara-negara lain.

Ia kemudian memuji pengumuman tiga negara Eropa yang mengakui negara Palestina, meski menyebut bahwa ini masih merupakan sikap yang tidak lengkap, Sayed Houthi menegaskan pengakuan tersebut merupakan sebuah langkah politik yang signifikan.

“Kami berharap upaya dan gerakan negara-negara lain untuk mengakui negara Palestina akan terus berlanjut,” ujarnya.

Jaksa ICC Tidak Adil

Menanggapi Keputusan jaksa ICC yang mengajukan permohonan surat penangkapan para penjahat Israel namun juga mengajukan permohonan serupa untuk tokoh-tokoh perlawanan, Sayed Abdulmalik menyebut hal ini tidak adil.

“Pernyataan Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional yang menyamakan korban dan agresor sama sekali tidak adil. Bagaimana jaksa bisa menyamakan Netanyahu dan Menteri Pertahanannya, yang merupakan agresor kriminal, dengan para pemimpin Palestina yang membela tujuan mereka?”

Barat tidak bisa lagi berdiam diri mengenai kejahatan “Israel”, karena ini adalah skandal besar, dan mereka ingin mengambil posisi rendahan untuk menyamakan korban dan penyerang.

Kami tidak mengharapkan negara-negara Barat bersikap realistis, adil, atau adil, dan hal ini tidak mengejutkan kami.” (ARN)

Sumber: Al-Masirah

BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLENEWS

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca