Arab Saudi

Pengamat: Saudi Penjarakan Tokoh-tokoh Hamas untuk Layani Israel

Muhammad Al-Khudari, Tokoh Senior Hamas yang Dipenjara Otoritas Saudi

Arrahmahnews.com, Arab Saudi – Kampanye penangkapan Arab Saudi baru-baru ini terhadap anggota Hamas telah menjelaskan hubungan yang memburuk antara gerakan perlawanan Palestina dan kerajaan itu di tengah menghangatnya hubungan Tel Aviv-Riyadh.

Pengamat mengatakan kepada portal berita Middle East Eye (MEE) bahwa kampanye penahanan, yang dimulai pada bulan Februari, sebenarnya dimaksudkan untuk menghancurkan tujuan Palestina dan melayani Israel.

Baca: Hamas Tuntut Arab Saudi Bebaskan Pejabat Pentingnya yang Ditahan Riyadh

Rafat Morra, kepala departemen media asing Hamas, menekankan bahwa kelompok itu telah mencoba menyelesaikan krisis dengan tenang, tetapi upayanya tidak membuahkan hasil.

Morra mengatakan bahwa Hamas telah melakukan “upaya politik dan diplomatik yang tak henti-hentinya” untuk mengatasi masalah kampanye penangkapan Saudi ini, termasuk meminta beberapa aktor regional dan internasional seperti Kuwait untuk menjadi penengah.

Baca: Selain Khudari, Arab Saudi Penjarakan Seorang Petinggi Hamas Lain

Namun, ia menambahkan, upaya-upaya seperti itu justru dibalas dengan lebih banyak penangkapan, termasuk penahanan Mohammed al-Khudari, yang merupakan pejabat Hamas paling terkemuka, oleh Saudi.

Morra juga menggambarkan penahanan ini sebagai bagian dari rencana yang lebih luas untuk menargetkan “Hamas, perlawanan dan perjuangan Palestina.”

“Ada upaya Israel untuk menargetkan Hamas dan melemahkannya karena itu merupakan ujung tombak perlawanan,” katanya, memperingatkan bahwa setiap penargetan Hamas, melalui kampanye penangkapan atau tekanan politik dan keuangan, adalah untuk melayani Israel.

Baca: Lembaga HAM Rilis Nama-nama Orang Palestina yang Ditahan di Penjara Saudi

“Hamas adalah gerakan perlawanan dan menikmati dukungan luas di dunia Arab dan Muslim,” kata Morra. “Terlepas dari alasan atas kampanye penangkapan oleh Arab Saudi ini, hal ini disesalkan dan otoritas di kerajaan seharusnya tidak terseret ke dalamnya.”

Sementara itu, Abdulmajid al-Khudari, saudara laki-laki Mohammed al-Khudari, mengeluh bahwa para tahanan Palestina di Arab Saudi telah dirampas haknya untuk mendapat kunjungan dari kerabat atau pengacara.

Abdulmajid, yang putranya Hani, seorang dosen di Universitas Umm al-Qura di Mekkah, juga telah ditangkap oleh otoritas Saudi, mengatakan bahwa anak perempuan saudaranya yang tinggal di AS telah dua kali meminta bantuan kepada Kongres AS, tetapi tidak berhasil.

Abdulmajid menekankan bahwa puluhan penangkapan ini sama sekali “tidak bisa dibenarkan” karena para tahanan tidak melakukan kejahatan apapun. Ia menambahkan bahwa kampanye itu bertujuan menekan Hamas dan Palestina agar menerima apa yang disebut Presiden AS Donald Trump “kesepakatan abad ini.”

Selain itu, penulis politik Palestina Fayez Abu Shammala menekankan bahwa penangkapan ini adalah salah satu aspek dari “perang total” yang dilakukan oleh Arab Saudi terhadap Hamas yang juga mencakup sanksi keuangan, adalah bentuk sikap menjadikan Hamas sebagai tumbal demi hubungan yang membaik dengan Tel Aviv.

Baca: BIADAB! Kampanye Intensif Kerajaan Saudi Tangkapi Warga Palestina

“Bahaya penangkapan di Arab Saudi ini adalah bahwa semua ini bertepatan dengan sikap buka-bukaan Saudi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel, hubungan yang menghangat dalam promosi dan pemasaran ‘kesepakatan abad ini’ untuk mendistorsi masalah Palestina dan membusukkan perlawanan,” katanya.

“Jika Arab Saudi berupaya mengekang Hamas dan memerasnya secara politis, itu akan gagal, sama seperti Mesir telah gagal menekannya pada masalah yang sama,” tambahnya.

Hamas saat ini mengelola Jalur Gaza yang diblokade Israel, secara independen terpisah dari Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah.

Baca: TERUNGKAP! Saudi Tangkap dan Siksa Ratusan Warga Palestina yang Tinggal di Kerajaan

Selama bertahun-tahun sejak pembentukannya pada tahun 1987, gerakan perlawanan menikmati hubungan baik dengan Arab Saudi. Namun, kemudian, hubungan memburuk karena berbagai masalah. Pada Mei 2017, Trump menyebut Hamas sebagai kelompok teroris saat pertemuan puncak Arab-Amerika di Riyadh.

Hampir setahun kemudian, pada Februari 2018, menteri luar negeri Saudi saat itu Adel al-Jubeir menggemakan posisi bermusuhan Trump dengan menyebut Hamas sebagai kelompok teror saat pertemuan dengan Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Eropa di Brussels. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca