Amerika

Ekslusif: Uyghur ‘Senjata’ AS Hancurkan China

Ekslusif: Uyghur 'Senjata' AS Hancurkan China

Washington – Uighur dan Proyek Jahat Barat. Dalam beberapa bulan terakhir, media Barat dan Pemerintahan Washington telah mulai mengumbar tuduhan dan kecaman mengenai dugaan kamp-kamp konsentrasi massa di barat laut China, Xinjiang, tempat yang dihuni oleh satu juta etnis Uyghur dikumpulkan dan di re-edukasi. Beberapa hal tentang dakwaan-dakwaan tersebut yang harus dicatat adalah, bahwa hampir semua tuduhan itu berasal dari media Barat atau LSM “demokrasi”  seperti Human Rights Watch yang rekam jejak mereka dalam menyampaikan laporan masih perlu dipertanyakan.

Sejak 2013 tentara Uyghur telah bergabung bersama teroris al-Qaeda di Suriah dan kembali ke Xinjiang China dimana mereka kemudian melakukan berbagai aksi teroris. Ini adalah ujung dari proyek jahat yang terkait dengan NATO, yaitu untuk menanam benih teror dan kerusuhan di China. Xinjiang adalah pasak dari Inisiatif Belt Road China, persimpangan jalur pipa minyak dan gas strategis dari Kazakhstan, Rusia dan target utama intrik CIA sejak beberapa dekade

Pada bulan Agustus Reuters menerbitkan sebuah artikel di bawah tajuk utama, “PBB mengatakan jika mereka memiliki laporan yang kredibel bahwa China menahan jutaan warga Uighur di kamp-kamp rahasia”. Namun setelah dilihat, ternyata artikel itu tidak mengungkap pernyataan kebijakan resmi PBB, melainkan kutipan dari seorang anggota Amerika dari sebuah komite independen yang tidak berbicara atas nama PBB. Seorang anggota yang tidak pernah punya pengalaman ke China.

Baca: Dina Sulaeman: Kenapa Pemerintah RI Tak Dukung Uighur Tapi Dukung Rohingya-Palestina?

Sumber klaim itu sendiri ternyata adalah sebuah LSM penasehat independen PBB yang disebut Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial. Satu-satunya orang yang membuat dakwaan itu, anggota komite dari AS, Gay McDougall, menyatakan bahwa ia “sangat prihatin” tentang “laporan yang kredibel” itu, tanpa bisa mengutip sumber langsung untuk tuduhan dramatis ini.

Reuters dalam artikel itu berusaha menguatkan klaimnya dengan mengutip LSM yang berbasis di Washington DC, Pembela Hak Asasi Manusia (HAM) Tiongkok (CHRD).

Baca: Wartawan Turki Ungkap Isu Kamp Penyiksaan di Uighur Adalah Propaganda Teroris

Namun, dalam sebuah penyelidikan yang sangat baik, para peneliti di Proyek Grayzone menemukan bahwa CHRD ternyata telah mendapat kucuran dana ratusan ribu dolar dari beberapa pemerintahan yang tidak disebutkan namanya. LSM pemerintah AS yang terkenal buruk, National Endowment for Democracy, adalah termasuk dalam daftar tersangka utamanya. Terlebih, CHRD adalah bagian dari Human Rights Watch yang mendapat dana juga dari yayasan Soros.

“Masalah Uyghur”

Keadaan sebenarnya dari urusan di Provinsi Xinjiang China mengenai Uyghur tidak mungkin untuk diverifikasi secara independen, apakah ada kamp semacam itu dan jika demikian siapa yang ada disana dan dalam kondisi apa.

Apa yang diketahui, bagaimanapun, adalah fakta bahwa badan intelijen NATO, termasuk Turki dan AS, bersama dengan Arab Saudi, telah terlibat dalam merekrut dan mengerahkan ribuan Muslim Uyghur China untuk bergabung dengan Al-Qaeda dan kelompok teror lain di Suriah dalam beberapa tahun terakhir. Sisi persamaan ini membutuhkan perhatian yang lebih dekat, sisi yang dihilangkan oleh Reuters atau Duta Besar PBB Haley.

Baca: Denny Siregar: Isu Uighur Propaganda AS dan Kadrun Indonesia Serang NU-Muhammadiyah

Menurut media Suriah yang dikutip di Voltaire.net, saat ini diperkirakan ada 18.000 etnis Uyghur di Suriah yang terkonsentrasi paling banyak di sebuah desa di perbatasan Turki dan Suriah.

Sejak 2013 tentara Uyghur telah bergabung bersama teroris al-Qaeda di Suriah dan kembali ke Xinjiang China dimana mereka kemudian melakukan berbagai aksi teroris. Ini adalah ujung dari proyek jahat yang terkait dengan NATO, yaitu untuk menanam benih teror dan kerusuhan di China. Xinjiang adalah pasak dari Inisiatif Belt Road China, persimpangan jalur pipa minyak dan gas strategis dari Kazakhstan, Rusia dan target utama intrik CIA sejak beberapa dekade.

Sejak setidaknya 2011 pada awal perang NATO melawan Suriah Bashar Assad, Turki telah memainkan peran penting dalam memfasilitasi aliran orang-orang Uyghur China untuk menjadi Jihadis di Suriah. Bagaimanapun juga, tampaknya ribuan orang-orang Uyghur ini masih bersembunyi di Suriah, sebagian besar di sekitar Idlib, pos terdepan teroris anti-rezim yang tersisa.

Washington dan ETIM

Dalam sebuah analisis yang sangat baik tentang sejarah teror Uyghur China, Steven Sahiounie, seorang jurnalis Suriah di 21st Century Wire, mencatat bahwa organisasi kunci di balik radikalisasi pemuda Uyghur Tiongkok adalah Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM) dan front politiknya, Partai Islam Turkestan (TIP), yang juga dikenal sebagai “Katibat Turkistani”.

Sahiounie mengutip pidato Erdogan di Istanbul pada tahun 1995 yang waktu itu masih menjabat sebagai Walikota, yang menyatakan, “Turkestan Timur bukan hanya rumah orang-orang Turki tetapi juga tempat lahir orang Turki.” Sejarah, peradaban, dan budaya Turki … ” dan Turkistan Timur itu adalah Xinjiang.

Baca: Dina Sulaeman: Kupas Tuntas Propaganda Berita Miring Uighur

ETIM hari ini dipimpin oleh Anwar Yusuf Turani, yang menyatakan dirinya adalah Perdana Menteri dari sebuah pemerintahan di pengasingan yang terutama berbasis di Washington DC. ETIM memindahkan basis di Washington pada waktu yang sama saat Departemen Luar Negeri AS memasukkannya ke dalam daftar organisasi teroris, cukup aneh.

Menurut sebuah laporan di majalah investigasi Turki, Turk Pulse, “kegiatan organisasi Turani di pengasingan didasarkan pada laporan berjudul ‘The Xinjiang Project’. Itu ditulis oleh mantan perwira senior CIA Graham E. Fuller pada 1998 untuk Rand Corporation dan direvisi pada tahun 2003 dengan judul ‘The Xinjiang Problem”.

Saya (penulis) telah banyak menulis dalam buku saya, The Lost Hegemon, tentang karier senior CIA, Graham Fuller itu. Mantan kepala stasiun CIA Istanbul, Fuller adalah salah satu arsitek dari urusan kontra-Iran Reagan-Bush, dan senior CIA pertama yang menjadi induk semang Gülen dan memfasilitasi pengasingan Gülen di AS.

Dia juga dengan pengakuannya sendiri, berada di Istanbul saat peristiwa kudeta 2016 yang gagal. Pada tahun 1999 selama akhir era Yelstin Rusia, Fuller menyatakan, “Kebijakan memandu evolusi Islam dan membantu mereka melawan musuh kita bekerja sangat baik di Afghanistan melawan Rusia. Doktrin yang sama masih dapat digunakan untuk mengacaukan sisa-sisa kekuatan Rusia, dan terutama untuk melawan pengaruh China di Asia Tengah.”

Inilah tujuan mengapa AS memfasilitasi ETIM. Seperti kebanyakan kelompok Jihadis lainnya, ETIM Turani mendapatkan pendanaan sebagai kelompok Jihadis (Wahabi) paling radikal dari Arab Saudi.

Pada akhir 1990-an, Hasan Mahsum, yang juga dikenal sebagai Abu-Muhammad al-Turkestani, pendiri Gerakan Islam Turkestan Timur, memindahkan markas ETIM ke Kabul, berlindung di bawah Afghanistan yang dikuasai Taliban.

Di Afghanistan, para pemimpin ETIM bertemu dengan Osama bin Laden dan para pemimpin lain dari Al-Qaeda yang dilatih CIA yaitu Taliban dan Gerakan Islam Uzbekistan, untuk mengoordinasikan aksi-aksi di seluruh Asia Tengah. Ketika militer Pakistan membunuh al-Turkestani pada tahun 2003, Turani menjadi kepala ETIM, dan membawa roadshownya ke Washington.

Dalam penelitiannya sendiri tentang Xinjiang, Graham E. Fuller mencatat bahwa kelompok-kelompok Arab Saudi telah menyebarluaskan doktrin ekstremis Wahabi dan mungkin senjata kecil melalui simpatisan di Xinjiang, dan bahwa Muslim muda Turki telah direkrut untuk belajar di madrasah-madrasah (Wahabi) di Pakistan, Afghanistan, dan Arab Saudi. Ia menambahkan bahwa Uyghur dari Xinjiang juga berperang bersama Al-Qaeda dibawah Osama bin Laden di Afghanistan pada 1980-an.

Fuller mencatat, “Uyghur memang berhubungan dengan kelompok-kelompok Muslim di luar Xinjiang, beberapa dari mereka telah deradikalisasi ke dalam politik jihad yang lebih luas dalam proses tersebut, beberapa sebelumnya terlibat dalam pelatihan gerilya atau teroris di Afghanistan, dan beberapa berhubungan dengan mujahidin Muslim internasional yang berjuang untuk tujuan “kemerdekaan” Muslim di seluruh dunia”.

Dokumen kebijakan Strategi Pertahanan Nasional Pentagon Januari 2018 secara eksplisit menyebut bahwa China bersama dengan Rusia adalah “ancaman” strategis utama bagi kelanjutan supremasi AS.

Disebutkan, “Persaingan strategis antar negara, bukan terorisme, sekarang menjadi perhatian utama dalam keamanan nasional AS.” Secara eksplisit, dan ini baru, Pentagon tidak mengutip hal ini sebgai ancaman militer tetapi ancaman ekonomi.

Disebutkan dalam dokumen itu “Tiongkok dan Rusia sekarang merusak tatanan internasional dari dalam sistem dengan mengeksploitasi keuntungan,  sementara secara bersamaan meremehkan prinsip-prinsip dan ‘aturan jalannya’ “.

Perang dagang yang semakin meningkat melawan China, ancaman sanksi atas tuduhan kamp-kamp penahanan Uyghur di Xinjiang, ancaman sanksi jika China membeli peralatan pertahanan Rusia, semua ditujukan untuk mengganggu satu-satunya ancaman yang muncul terhadap tatanan global Washington, yang tidak didasarkan pada kebebasan atau keadilan tetapi lebih pada ketakutan dan tirani.

Bagaimana otoritas China berusaha menangani serangan penuh ini, adalah masalah lain. Namun konteks peristiwa di Xinjiang perlu diperjelas. Barat dan terutama Washington terlibat dalam perang luar biasa skala penuh melawan stabilitas China. (ARN)

Penulis: William Engdahl adalah seorang dosen dan konsultan risiko strategis, ia memegang gelar dalam bidang politik dari Princeton University dan merupakan penulis terlaris di bidang minyak dan geopolitik, dan menulis untuk majalah online “New Eastern Outlook”. Artikel ini awalnya diterbitkan di WilliamEngdahl.co

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca