arrahmahnews

Temuan Mengejutkan dalam Kasus Penculikan dan Upaya Pembunuhan Ninoy

Ninoy, Ninoy Karundeng, Pembunuhan

Arrahmahnews.com, Jakarta – Polisi saat ini telah mengamankan tersangka baru dalam kasus penculikan dan penyekapan serta upaya pembunuhan pegiat medsos, Ninoy Karundeng. Total tersangka ada 11, tapi hanya 10 yang ditahan.

Polisi sendiri menghadirkan sosok Ninoy Karundeng saat konferensi Pers (Konpers) di Mapolda Metro Jaya, Jl Jend. Sudirman, Jakarta, Senin (07/10/2019). Kepada wartawan, polisi dan Ninoy Karundeng mengungkapkan banyak keterangan mencengangkan terkait penganiayaan yang terjadi pada Selasa (01/10/2019) dini hari. Ninoy diduga dipukuli hingga hendak dibunuh dengan cara sadis.

Baca: Kronologi Penyekapan dan Penculikan Super Sadis Ninoy Karundeng Mirip ISIS

Diantaranya adalah diperiksanya Sekretaris Jenderal (Sekjen) PA 212 Bernard Abdul Jabbar. Serta disebutnya nama Sekretaris Umum Munarman yang diduga punya jejak dalam kasus tersebut.

Polisi mengatakan Bernard Abdul Jabbar berada di lokasi kejadian saat Ninoy dianiaya. Bernard disebut juga ikut mengintimidasi Ninoy Karundeng.

“Itu ada di lokasi ikut mengintimidasi dan saat ini sedang dilakukan pemeriksaan. Itu adalah Sekjen PA 212,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono.

Baca: Polisi Pastikan Sekjen PA 212 ‘Bernard Abdul Jabbar’ Ada di Lokasi Saat Ninoy Karundeng Dianiaya

Argo juga menjelaskan ada Munarman dalam kasus penganiayaan-penculikan Ninoy Karundeng. Menurutnya, Munarman memerintahkan pengurus Masjid Al-Falah, tempat kejadian perkara penganiayaan Ninoy, untuk menghapus rekaman CCTV.

“Kemudian ada juga insinyur inisial S ya. Dia ini sekretaris daripada DKM ya. Dia perannya adalah dia ada di lokasi kejadian kemudian yang bersangkutan memerintahkan menyalin data daripada data yang ada di laptop,” tutur Argo.

Ninoy dipersekusi, dipukuli habis-habisan bahkan oleh ibu-ibu pengajian disana. Belum selesai, datang seseorang yang dipanggil “habib” kemudian berbicara untuk membunuh Ninoy dengan kapak. Mayat Ninoy rencananya akan diangkut oleh ambulans dan dibuang ditengah-tengah kerumunan demonstran. Narasi yang dipersiapkan apalagi kalau bukan korban kekerasan polisi.

Baca: Polisi: Insiyur S Serahkan Data Laptop Ninoy Karundeng ke Munarman

Untung ambulans tidak datang. Rencana itu gagal karena tidak terpikir bagaimana nanti mengangkut mayatnya. Semua pembicaraan dan rencana itu dilakukan dalam sebuah masjid. Tempat yang seharusnya menjadi tempat ibadah yang tenang dan khusuk. Ninoy juga muslim, sama seperti mereka. Sama-sama shalat, sama-sama puasa. Bedanya adalah Ninoy pendukung Jokowi, sedangkan mereka adalah pembencinya.

Pihak Dewan Keluarga Masjid DKM tempat Ninoy dianiaya buru-buru membantah. Mereka bilang “menyelamatkan” Ninoy dari amukan massa. Sebuah cerita yang tidak masuk akal, karena Ninoy disiksa di dalam masjid berjam-jam, bahkan tidak ada seorangpun yang tergerak untuk menelpon polisi.

Sadis dan barbar. Itulah yang ada dalam pikiran kita semua membaca kisah penculikan dan penganiayaan Ninoy S Karundeng itu. Pola-pola ISIS itu dikembangkan disini, di sebuah masjid di ibukota Indonesia bernama Jakarta.

Ini sudah bukan lagi intimidasi dan persekusi. Ini sudah mengarah ke potensi pembunuhan berencana. Sebuah aksi terorisme untuk menimbulkan dampak ketakutan dan kepanikan dengan mengorbankan nyawa. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca