arrahmahnews

Jenazah Siti Rohbaniah (80) Baru Bisa Dishalati Setelah Mantunya Tanda Tangani Coblos Anies-Sandi

Minggu, 12 Maret 2107

ARRAHMAHNEWS.COM, JAKARTA – Hanya urusan Pilkada, kalangan sumbu pendek sudah kehilangan akal untuk membendung lawan politiknya. Cara-cara norak dilakukan demi menghasud warga lain yang berbeda pilihan politik.

Di Jakarta, spanduk bernada provokatif “melarang shalat jenazah” bagi pendukung Paslon Cagub DKI yang jadi tersangka penistaan agama, bukan sekedar gertakan tapi masif dilaksanakan dari Rt ke Rt. Berikut kisah seorang pria yang terpaksa tanda tangani coblos Anies-Sandi agar jenazah mertua dishalatkan. [Baca; Gara-gara Dukung Ahok, Jenazah Nenek 78 Tahun Dilarang Dishalatkan di Mushala]

Nasib naas dialami oleh Yoyo Sudaryo (56). Karena dianggap sebagai pendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, warga Rt. 05 Rw. 02, Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan itu terpaksa harus tanda tangan mendukung Anies-Sandi pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta nanti.

Hal itu harus dilakukan oleh Yoyo jika jenazah mertuanya, Siti Rohbaniah (80) akan dishalatkan di salah satu masjid di Pondok Pinang, Jakarta. Kata Yoyo, mertuanya itu meninggal karena sakit pada Rabu (08/03/2017), sebagaimana dilansir laporannya oleh wartakota.tribunews.com, Jumat (10/03/2017).

Ia kesulitan mengurus jenazah karena pengurus masjid setempat, terang Yoyo, tidak ada yang mau mengurus. Setelah bingung mondar-mandir, jenazah akhirnya bersedia diurus oleh petugas setelah ia menandatangani surat pernyataan yang diberikan oleh Ketua Rt. 5, Makmun Ahyar. [Baca;

Kamis pagi, katanya, jenazah sudah rapi dikafani, dimandikan, dan tidak ada ada masalah. Namun siangnya, ketika akan dishalatkan, Yoyo diminta tanda tangan. “Saya disuruh tanda tangan, yang bikin tulisannya Pak RT. Isinya bahwa saya berjanji akan mendukung pasangan Anies-Sandi di putaran dua nanti. Ada meterainya juga,” ungkapnya dikutip arrahmahnews.com dari Tribun.

“Awalnya sih, saya nggak curiga, lagi kesusahan nggak nyangka nggak mau disalatin. Menurut saya mau pilih siapa itu urusan saya sama Tuhan. Tapi yang penting ibu saya disalatin,” lanjut Yoyo.

Beberapa saat setelah Yoyo mengguratkan tandatangannya, barulah jenazah ibu mertuanya disalatkan dan akhirnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir. Ia melakukan itu karena tak tega jenazah sang ibu mertua terbengkalai.

Yoyo mengatakan, surat pernyataan tersebut tidak diketik, melainkan hanya berupa tulisan tangan di atas selembar kertas. Dikatakan Yoyo, sebenarnya dia dan keluarganya tidak pernah mengungkapkan sebagai pendukung paslon tertentu.

Bahkan, sang ibu mertua tidak ikut memilih dalam putaran pertama 15 Februari lalu karena sudah udzur. “Saya dari dulu siapapun gubernurnya kampanye nggak pernah ikut, nempel poster juga nggak. Bahkan, saya menolak ada poster pasangan manapun di rumah saya. Makanya saya heran sampai begini,” katanya.

Yoyo mengakui, dia memang pernah bergurau dengan tetangga-tetangganya seputar persaingan paslon Anies-Sandi dan Ahok-Djarot dalam Pilkada DKI tahun ini.

“Saya memang kadang berkelakar ke tetangga. Saya bilang, saya nggak pilih Ahok karena dia Kristen, sementara saya Islam. Lalu, tetangga tanya, terus pilih siapa? Pilih Djarot, kata saya gitu,” ungkap Yoyo.

Menanggapi hal itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menghimbau agar perbedaan pilihan politik dan keyakinan paham keagamaan jangan sampai memutus hubungan persaudaraan, “kita seagama, sebangsa, dan persaudaraan sesama umat manusia,” kata Lukman, sebagaimana dilansir arrahmahnews.com dari Liputan6.com, Sabtu (25/02/2017).

Negeri kita makin lucu dan ngeri menyikapi perbedaan pilihan. [ARN/DI]

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca